"Tholo seniman tato serta cukur rambut itu pernah berkata kepada saya: "Jika dirinya masih dapat berpikir melalui kreatifitas yang ada dalam otaknya, dia masih dapat hidup dan tidak akan bergantung pada siapa pun. Ia percaya bahwa sebaik-baiknya tempat bergantung yakni kepada dirinya sendiri, melalui karya yang dapat ia buat sendiri".
Seperti sudah menjadi suratan dari takdir yang digariskan oleh masing-masing orang. Tentang hobi, kehidupan, serta kebebasan yang mereka akan junjung sendiri.
Pada intinya: "hidup ini hidup kita, punya kita, dan apapun hasrat yang ingin dilakukan, lakukanlah selagi itu bermanfaat untuk mempertahankan diri. Tentu asalkan secara moral tidak jahat pada orang lain dan merugikan orang lain.
"Selagi kita tidak mengusik, kitapun tidak mau diusik orang. Itulah filosofi hidup seorang Tholo, seniman tato, cukur rambut, ukiran gambar kayu dan mantan atlit tinju yang bermukim di salah satu desa di Maos, Kabupaten Cilacap.
Memang dengan Tholo, saya mengenalnya tidak sengaja, kebetulan saya sedang mengawasi proyek galian pekerjaan umum membuat saluran air di daerahnya.
Kepentingan saya disana adalah mengawasi kabel optik perusahaan tempat kerja saya dulu, agar tidak putus terkena eskavator (becgo) yang sedang menggali tanah untuk saluran air tersebut.
Jujur saya masih terbayang dengan dirinya: Tholo, yang bertingkah menurut saya "liberal" orang-orang yang menjunjung tinggi nilai kebebasan diri. Sunggguh sayang sekali, beberapa hari ini saya tidak dapat bertemu dengannya.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat saya sudah tidak beraktivitas sebagai pengawas galian fiber optik didaerah tersebut. Tetapi ini adalah keputusan perusahaan, meski pahit saya sudah tidak dapat bekerja lagi dan menerima upah setiap bulannya, tetapi saya harus menerimanya.
Jika dalam bekerja yang dirasakan hanyalah gaji, mungkin saya adalah orang yang paling pantas untuk tidak bersyukur. Kerja yang berat, sesekali harus terjun dalam kubangan air galian demi mengamankan kabel dari eskavator (becgo) supaya tidak putus adalah kerjaan hari-hari saya.
Namun banyaknya teman-teman se-nasib, sama-sama mengamankan kabel milik perusahaan tempat mereka bekerja, menjadi petualangan dari pengalaman tersendiri bekerja di kabel serat optic, yang kebetulan saya belum genap bekerja satu tahun.
Berkumpul sesama se-nasib tetapi tidak sepenanggungan tetap tidak sama baiknya dengan sepenaggungan. Justru yang sepenanggungan dalam wadah satu pekerjaan dalam perusahaan adakalanya saling memanfaatkan.