Buku bukan saja akan menjadi barang kesenian, tetapi juga menjadi barang yang dapat memantik pemikiran manusia. Anak-anak muda itu yang berkumpul sembari membaca, ia bukan hanya menjadi pemuda yang berbeda, tetapi selalu akan menjadi pemuda yang "beda" dalam menjadi pemuda. Membaca berarti menengelami fenomena dunia kapan pun masanya.
Cerita malam minggu Komunitas Mengkaji Pustaka disana dengan kopdar lapakannya. Ruang terbuka hijau sebagai tempat konsep perpustakaan jalanan yang mereka gelar, bukan saja untuk memanjakan anggota komunitasnya dengan koleksi buku bacaannya, tapi juga disediakan untuk masyarakat yang ingin membaca.
"Semangat menularkan virus literasi merupakan satu dari tidak terbatasnya tujuan-tujuan mereka "Komunitas Mengkaji Pustaka" supaya masyarakat lebih gemar membaca. Simpul-simpul keramian di kota Cilacap merupakan tempat mereka melapakan semua koleksi buku-bukunya".
Tetapi minat baca masyarakat yang masih rendah, tidak menutup mata mereka untuk tetap melapak, menjajakan dan berharap buku koleksinya yang dialasi dengan spaduk itu dibaca masyarakat. Karena membaca dengan berbagai buku yang dilapakan itu, gratis atau tidak dipungut biaya sepeserpun.
Memang semangat membaca dibalik gempitanya hiburan disana termasuk kemajuan teknologi sendiri menjadi kecil peluangnya. Membaca saat ini memang bukan gaya hidup yang populer bagi pemuda. Membaca popularitasnya masih dibawah pemuda-pemuda yang malam minggunya nongkrong dengan sepeda Motornya, Mobilnya, bahkan gantangan-gantangan Burungnya.
Tetapi dengan hobi, apakah hobi itu mempunyai kelas, dimana ada yang lebih berkelas dari hobi-hobi tersebut? Tentu tidak ada hobi yang tidak mempunyai kelas, semua hobi sejatinya adalah berkelas. Oleh karenanya, hobi selalu ditunggu oleh mereka yang ingin mengobati kesuntukan hidupnya, sebagai hiburan dan pengisi waktu luang me-refres kembali sepanengnya jalan pikiran sebagai manusia di abad ke 21.
"Karena akhirnya manusia hanya dipaksa bagaimana menjadi bahagia menjalani hidup ini dengan sumber daya yang ada, termasuk melayani hobi-hobinya sendiri untuk tidak terasing sebagai manusia"
Dengan melayani hobi itu sendiri, mereka bukan hanya bahagia dengan bukunya, motornya, atau mobilnya sendiri. Namun kepuasan terhadap apa yang disenanginya itu, bukan saja menambah wawasan dalam pergaulannya, tetapi juga pertemanannya melalui hobi-hobinya tersebut sebagai bingkai kehidupan manusia.
Komunitas Mengkaji Pustaka Cilacap sendiri berdiri 2017 yang lalu, tentu kelatahan berkembangnya konsep perpustakaan jalanan disetiap kota besar seperti Bandung, Surabaya dan Jogjakarta, membawa modal komunitas Mengkaji Pustaka Cilacap dalam mempioneri semangat berliterasi khususnya di kota Cilacap.
Masih rendahnya minat baca masyarakat sendiri tidak menyurutkan mereka untuk tetap melapak apapun kondisinya. Mereka percaya bahwa "buku" sebagai media pengetahuan manusia dalam membuka cakrawala ilmu pengetahuan tentang dunia, haruslah tetap dibaca apapun karya dari buku-buku tersebut.
Koleksi buku komunitas mengkaji pustaka sendiri bukan hanya buku-buku berkonten dewasa tetapi juga buku-buku anak-anak, berbentuk komik dan semacammnya. Buku politik, filsafat, dan novel-novel romatik merupakan buku-buku dewasa yang sering dilapakan oleh mereka penggiat literasi kontemporer kota Cilacap: "Komunitas Mengkaji Pustaka Cilacap".