Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

"Doktrin", Sandaran Ruang Kosong Hidup Manusia

Diperbarui: 13 Juli 2019   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi diambil dari lehugak.com

"Manusia akan sehat ketika rasa kosong dalam hidupnya terisi. Doktrin juga metode untuk mengisi, tetapi ketika pikiran sudah terisi dia tidak membutuhkan lagi doktrin-doktrin tersebut".

Kata-kata ini bukanlah suatu perumpamaan semu, bagaimana mempertahankan kepercayaan diri terhadap pengetahuan yang harus itu-itu saja. Fakta ini bisa diteliti bahkan mungkin di iya-kan. Sesuatu yang usang bisa saja ditinggalkan, bahkan diasingkan ketengah kehidupan semi primitif cerita peradaban masa lalu.

Pengetahuaan yang itu-itu saja dapat dengan mudah dibenci, bahkan dihilangkan dari kajian literatur kotemporer yang ada. Mekanisme pengetahuan dari kata selalu bertumbuh, entah kedepan melampaui beberapa dimensi. Yang terjadi mungkin akan menjadi begitu terasing oleh realitas, jika kekuatan berpikir difokuskan pada masa lalu yang jauh tertinggal dari konteks kekinian.

Pemaksaan berkeyakinan akan menjadi ajang perdebatan, bagaimana kontrol diri harus dengan mudah dikuasi beberapa kelompok dengan kepentingannya atas nama kata, pengetahuan dan kepenulisan. Tidak ada yang benar-benar menjadi era bebas, era keterbuakaan, dan bahkan era keterlibatan masing-masing individu. Semua dapat mempunyai hak yang sama dari model keterpengaruhan sosial.

Semua orang kini tergiring ideologi palsu beberapa orang yang ingin pengaruhnya tidak dilupakan untuk selama-lamanya. Tetapi dikehidupan manakah harus bertumbuh dengan makna yang asli? Pemahaaman yang sempit tidaklah harus dipertahankan. Tinggalkanlah berbagai cerita itu, lupakanlah kejayaan tulisan suatu kerajaan, suatu ras, bahkan suatu keyakinan yang pengaruhnya terluas di akui dunia.

Berjalan kedepan dengan paham konservatif akan tertinggal oleh paham kekinian yang tampak nyata. Mencintai pemahaman lama akan dibenci pemahaman baru yang ada. Tumbuhan bertumbuh kemudian ditebang, Binatang meunjukan akan kepunahannya, bagaimana dengan manusia, tulisan, kata dan pengetahuan?

Tidak perlukah berpijak pada pemahaman baru yang lebih menyelaraskan? atau masih sangat perlu memaksakan menyeragamkan dengan merusak segalanya akan narasi perbedaan arah hidup manusia? Masih terlalu jauh ada kehidupan membahagiakan, ketika jalan untuk menuju kebahagiaan itu ditempuh dengan kekerasan yang menyengsarakan berbagai pihak.

Seharusnya berbagai pemahaman yang diberikan diperadaban masa lalu tidak ditafsirkan sesempit itu. Harus ada kajian-kajian sesuai dengan konteks jamannya. Kebahagiaan abadi yang akan datang tidak akan benar jika dilalui dengan merusak tatanan kehidupan.

Setiap yang memerintah membangun kesenangan dan kebahagiaannya disini, yang diperintah dihancurkan bersama pesaingnya yang merongrong kedudukanya dengan janji kebahagiaan abadi tiada bukti.

Manusia, sepertinya mancari apa yang luang dari diri dan pikirannya. Sebetulnya dia mencari aktivitas untuk hidupnya bukan dia secara natural dibuat untuk beraktivitas oleh semestanya. Ada ruang kosong ketika manusia diam, secara implusif dia ingin bergerak, dia akan bergerak memanfaatkan imaji-imajinya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline