"Berawal dari sebuah wacana tentang suatu konsep, bagaimana sesuatu harus berarti, bermanfaat, dan melindungi hak hidup masyarakat umum. Itulah sejatinya makna dari pembangunan, baik infrastrukture sarana hidup, maupun pendidiakan sebagai bagian pembangunan manusia mengisi kehidupan".
Keberadaan sungai sebagai penujang hidup dan kehidupan, sangat penting bagi keberlangsungan manusia dan makhluk hidup lainnya. Inilah mengapa, pusat-pusat pemerintahan dahulu, keraton-keraton Kerajaan Jawa, keberadaannya tidak jauh dari sungai-sungai sebagai pemberi sarana "air" kehidupan itu.
Sungai sebagai pemberi kehidupan untuk manusia dan makluk hidup lainnnya, seyoganya harus kita jaga keberadaannya, termasuk Sungai Serayu yang telah menjadi bagian penting, tidak hanya untuk warga Karang rena yang bermukim di pinggiran Sungai Serayu, tetapi untuk semua daerah yang terlewati Sungai Serayu, seperti Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap.
"Kelebihan dan kekurangan, seperti sudah menjadi bagian dari nilai hidup yang harus kita terima, termasuk keberadaan Sungai Serayu, dengan dampak yang akan kita jalani sebagai warga Desa pinggiran Sungai Serayu".
Sungai Serayu yang menjadi sentralnya kehidupan manusia, telah membantu kita, baik untuk mencari nafkah para penambang pasir, pencari Toe atau "kerang kali", penyedia air besih lewat PDAM masyarakat, dan kebutuhan pengairan sawah melaui jaringan irigasi, yang dibangun membentang sepanjang sawah, dari Kabupaten Banyumas sampai Kabupaten Cilacap, dan semua daerah yang terlewatinya.
Namun Sungai Serayu yang berhulu di Pegunungan Gunung Prahu, Dieng, Jawa Tengah ini, bukan tanpa kekurangan untuk kami, "warga pinggiran Sungai Serayu di Desa Karang Rena". Kami sangat berterimakasih dengan adanya Sungai Serayu, yang secara tidak langsung ikut andil besar dalam mensejahterakan warga Desa Karangrena, termasuk semua wilayah yang terlewati Sungai Serayu, juga menerima berkah yang sama.
Oleh sebab itu, leluhur kami "warga Desa Karangrena" dulu setiap tahun mengadakan sedekah Sungai Serayu, tidak lebih adalah cara mengungkapakn rasa syukur kami, pada keberadaan kali, yang diciptakan sang pencipta untuk kami, sebagai sarana hidup, yang mensejahterakan hajat hidup kami.
Kekurangan Sungai Serayu itu bukanlah banjir, kami warga desa sangat jarang membuang sampah ke Sungai, yang dapat menyebabkan banjir. Dahulu sebelum Bendung Gerak Serayu di Kebasen dan Bendungan besar Jendral Soedirman di Bawang Banjar Negara berfungisi, desa kami sering kebanjiran, itu juga karena debit air dari hulu, yang tinggi tidak dapat diatur distribusinya masuk ke daerah kami.
Adanya Bendung Gerak Serayu di Kebasen, Banyumas, dan Bendungan Besar Di Bawang Banjarnegara, kini desa kami terbebas dari banjir besar, yang di sebabkan oleh Sungai Serayu, pada setiap tahunnya di musim penghujan. Kami juga berterimakasih atas pembangunan Bendungan-Bendungan tersebut, karena kini Desa kami tidak menanggung kerugian besar secara ekonomi, akibat banjir yang disebabkan Sungai Serayu setiap tahunnya, sebelum adanya bendungan.
Meskipun kini karena jarangnya banjir terjadi, pasir menjadi lebih sedikit jumlahnya di Sungai Serayu desa Karangrena, yang merugikan penambang Pasir di Desa. Tetapi berkah lain akan pembangunan Bendungan tersebut pun tetap ada, yaitu lancarnya pengairan dari irigasi untuk pertanian yang diambil dari Bendungan-bendungan yang di bangun, baik di Bawang, Banjarnegara maupun di Kebasen, Banyumas, untuk saluran irigasi, yang distribusinya sampai ke Desa saya "Karangrena".