Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Menyayangi dalam Imajinasi

Diperbarui: 9 Mei 2019   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi diambil dari pixabay.com /sastra-binding-buku-halaman-buku

Waktu berlalu begitu cepat, masih aku menunggu bunga yang indah itu. Sepertinya aku memang tak pernah jenuh apa lagi putus asa untuk berusaha memetiknya. Pernah aku memcoba memetiknya namun, bunga itu belum waktunya mekar, kemudian bunga itu hancur karena ketidaktahuanku akan waktu.

Tetapi sudahlah itu cerita masa lalu dan itu murni salahku. Dan aku pun belajar menguji kesabaranku, selalu menunggu bunga itu. Tidak sedikitpun waktuku terlewat untuk memantau pohon itu. Sudah larut aku menunggu pohon itu tak memberi tanda bahwa akan tumbuh sebuah biji. Aku-pun tak berhenti berusaha, aku ingin bunga itu, sungguh aku tegaskan, aku ingin karena bunga itu terindah d idunia ini.

Aku berikan pupuk, air yang cukup dan segalanya "yang dibutuhkan untuk bagaimana caranya pohon itu berbunga". Tetapi pohon itu belum menunjukan hasil yang positif, dan aku pun lelah berusaha. Terfikir pada renungan hariku, mungkin karna masa laluku sempat menghancurkanya dan yang ada dalam logikaku, aku bukanlah pilihannya untuk menjaga bunganya.

Sungguh aku ingin menjaga bunganya dan aku berani berkorban apapun yang aku punya, karena aku merasa hanya bunga itu yang tepat untuk-ku dan ini bukan pilihanku namun inilah pilihan tuhan untuk-ku, aku yakin hikmahnya pasti sangat indah.

Aku selalu mencoba untuk tidak putus asa, aku pantas mendapatkan bunga itu meski aku tahu, aku bukanlah seorang perawat bunga, Tetapi aku tahu keinginan mengalahkan segalanya. Tidak ada hari tanpa berusaha walaupun itu dari sebuah doa. Aku terus menunggumu dan akan selalu menunggunya sampai tuhan menjawab bunga itu bukan untuk-ku.

Namun bagaimana membawa segenap rasaku ini dihadapanmu? Setiap kali, disaat-saat aku merindu rasanya aku ingin menyapamu. Aku ingin tahu sedang apa kamu disana bersama waktumu. Apakah kau seperti diriku menunggu juga untuk kita saling bertutur sapa didalam hari-hari kita?

Gadis kecilku yang manis bagaimana cara membuat kamu jatuh hati padaku? Apakah sesederhana aku ingin mencintaimu? Tanpa temu, tanpa meyakinkan hati masing-masing dan tanpa syarat yang menghakimi.

Aku rindu perjalanan kita berdua untuk melihat taman-taman yang indah. Taman yang membuat kita layu pada perasaan kita. Mungkinkah kamu akan memberiku kesempatan sekali waktu saja untuk bertemu? Memastikan iya atau bukan aku adalah separuh dirimu?

Gadis kecil yang manis, kamu adalah bunga yang indah. Tiada kumbang yang mampu menolakmu. Mereka juga sama sepertiku memperhatikanmu, menyayangimu dan mengangumimu. Tetapi aku hanyalah aku gadis manis, tanpa janji, tanpa limpahan materi, dan ketika aku tua hanya akan menjadi petani.

Kamu bunga yang layak untuk siapapun. Ketanguhan hidupmu dan semangat pantang menyerah dirimu. Kamu layak mendapat apa yang kamu inginkan termasuk seseorang yang akan kamu cintai. Tetaplah dengan pengelihatan yang ingin kamu gapai dalam hidupmu.

Tak apa jika kamu tidak melihatku dalam bayanganmu. Kenyataan akan membawa dengan sendirinya diriku. Aku akan terhempas hilang dibawa cahaya bulan. Hanya ungkapan syukur kepada semesta, aku dapat mengenal ketangguhan pribadi sepertimu. Tetaplah berjalan kedepan gadis kecil yang manis, mimpimu akan tetap indah, walau ada atau tidaknya diriku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline