Atas dasar dua pilihan dan hanya satu yang terpilih, oleh karena itu sebagai pemilih kita akan merasa kecewa nantinya. Jika anda tidak ingin kecewa, jangan pernah anda memilih. hidup merdeka sebagai Lajang eh,salah, Golput !
Iibarat cinta yang bersemi di antara kita kini. Ah, rasanya bukan hanya dia, mereka juga sedang terbuai oleh cintanya sendiri. Aku cinta dia, aku rindu dia, aku akan menumpahkan segala tumpah darah ruah-ruah, yakin? Bukan ekting? Seperti halnya mengudang cinta, pandai-pandailah merias diri menjadi harapan, asli ya, bukan palsu!
Aku-pun ingin bertanya, akankah cintamu berujung bahagia atau berujung kecewa? Bagiku engkau dan mereka sangat mudah untuk ditebak, jika tidak bahagia ya kecewa. Dalam cinta bahasa Jawa Timuran "wani perih". Ngomong-ngomong perih yang bagaimana? Guling-guling memakai baliho berharap pilihannya jadi gitu? Yang bener aja? Cinta-pun harus pakai logika, walaupun kata Agnes Monica, gak pakai logika sih, terserah wis!
Begitupun dengan ketika sudah jadi, bahagia dan kecewa adalah mungkin akan kau rasakan. Bila harapan yang engkau harapan tidak menjadi kenyatan. Namun ketika cinta sudah buta, tai kucing-pun rasa coklat "kata pujangga patah hati". Apa lagi kata manis dari team sukses, serasa penerang jalan menuju surganya cinta, padahal ia hanya berdusta, yang penting cinta harus bersuara, nomer satau atau dua, padahal dua-duanya sama saja.
"Cinta-cinta, paling enak emang lajang, "tanpa cinta" hidup sendiri-pun jadi". Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, itu hanya kata pujangga sedang jatuh cinta. Nyatanya pohon bunganya masih ada, hanya saja bunganya menyusul nanti, tapi mana belum datang-datang? Mungkin masih menunggu uang bensin dan jatah nasi kotak disana.
Kalau pujangga team sukses politik " Hidup tanpa, Presiden bersih "anti korupsi", tegas, berwibawa, rakyat akan merana". ya, kalau cinta sama calon Presidenya sih, iya, iya aja, ngangguk! Tapi bagi yang sadar, pujangga politik hanyalah "sales" suara. Tetep rakyat, merana atau tidaknya ya, atas tindakan dan usaha sendiri. Seles politik itu "sales" kaleng-kaleng, hasilnya juga kaleng, nggak ngefek bagi rakyat, selsai pemungutan suara ditinggal, ah cinta musiman, cinta politik?
Terpenting ketika kau sudah cinta, jangan pernah kecewa. Ketika kecewa nanti bisa kau mebanting-banting gelas atau piring di dalam rumahmu sendiri. Tentu jika terjadi kau yang akan rugi sendiri. Tidak akan itu diganti oleh team sukses politik barangmu yang rusak itu. Jika kalah diam dan lihatlah sambil menagis saja layaknya pemuda patah hati. Asyik, pernah patah hati tah? Biasa keles! Tagihlah janji ketika ia menang, bila kau tidak mau di PHP-kan, tapi cinta mah, PHP tetep cinta terus. Aduh, Situ waras? Pemberi harapan palsu loh itu artinya PHP? Nanti pacarannya sama siapa, di pelaminannya sama siapa? Nyesek gak tuh?
Tetapi ini sangat menjengkelkan bagiku, mungkin juga bagimu, dengan kadar kewarasan yang tinggi menjadi merdeka alias lajang alias golput juga. Pokoknya gelar kita alias,titik! Lebih baik aku membangun cinta dengan gadis yang rumahnya dipojok sana, anaknya siapa ya? Cantik, itu akan jelas! Kalau saja dia mau, akan aku bawa dia dalam pelaminan masa depanku. Cihuy!
Cinta pada gadis bagi lelaki adalah senyata-nyatanya cinta. Wuasik, "Khalil Gibran kalah ini sama saya, jika sudah mendongeng cinta". Ia dapat membangun rumah tangga, dapat pula menerima langsung untungnya punya keluarga, disayang dan disanjung Anak-Istrinya. "Harta yang paling berharga adalah keluarga" Hutan Cemara, eh, Keluarga Cemara.
Bagaimana dengan cinta politik? Au ah, Gelap! Apalagi cinta "Presiden", puyeng! Jelas, tidak mungkin engkau akan di kenang sepanjang hayat, bahkan ketika fotonya masih dipajang di sekolahanmu itu selama lima tahun. Sekalipun dia kau coblos, berserta nama dan fotonya, dicium juga deh kertas suaranya juga. Apakah dia akan memperhatikanmu seperti Istri dan Anak kita nanti? Patut dipertanyakan? Ya tanya lagi pada dirimu sendiri.