Malam ini aku ingin berdayu-dayu, memandang dirimu dalam imajinasiku. Gemericik air dari kran menemaniku malam ini. Ember yang di isi air lalu ditungkan diterjen dengan sedikit kain. Semoga esok hari panas terik dan cucianku kering agar kainku dapat aku pakai esok hari.
Rasanya berharap pada kebaikan diri adalah hal yang lumrah terjadi. Aku merenung lagi, ada kalanya aku sangsi pada harapan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Terkadang lelah menunggu, lelah juga untuk dijalani. Pengahasilan yang mentok, tetapi hidup minimalis seperti ini tidak begitu penting tentang pendapatan yang besar.
Namun hasrat ini tidak pernah habis, aku masih terbuai dengan kristal lautan keglamoran yang diagungkan kehidupan. Mengapa, entah diriku sedang kenapa? Berkelana jauh mungkin yang ingin aku tuju.
Tetapi untuk apa segumpal emas jika itu hanya dijadikan bahan pendaman yang tidak akan dipakai? Yang berpikiran absrud malam ini, sungguh tidak ada yang bisa disangkal dari kuatnya keinginan tetapi minim esensi dan tindakan.
Masih dengan kecemasan yang sama, seakan boros bila harus merokok. Tetapi hasratku butuh untuk terlepas, bagaimana melepaskan itu? Dan aku masih terjebak dalam kesedirian semu. Air jeruk yang sedang aku minum, rasanya aku ingin melepaskan dengan sedikit asap rokok yang mengepul terbang ke langit.
Akhrinya dadaku tidak lagi nyaman dengan asap rokok ini. Ah, mau bagaimana lagi, semoga esok dapat beristirahat lagi merokok, biar satu bungkus ini aku simpan dalam tas sampai ingin merokok lagi.
Setiap yang hidup pasti merasakan kesia-sian bahkan kenihilan. Pertanyaan untuk apa dan selalu untuk apa? Dalam kesia-sia-an kita menjalaninya. Apa bukan sia-sia uang yang dengan susah payah kita cari hanya untuk membeli rokok? Tetapi mengapa rokok begitu menggiurkan ketika itu yang kita inginkan dalam pikran.
Seperti memilih dalam pemilu saja, ingin memilih tetapi politik tetap berjalan seperti itu-itu juga. Dilema hidup hanya mengundang dilema, bersandar opini lagi, dan lagi-lagi opini. Bagiku setiap opini adalah bohong seperi tulisan-tulisan dengan berbagai kepentingannya.
Ada yang menulis untuk uang, mengusir kesuntukan dan bersuara melepaskan beban dalam pikirannya. Sembari mengetik lalu mendengar rintik air seperti meledek itu. Bagaimanakah ketika aku ingin keluar lagi menjadi orang yang bebas? Tanpa ada kepentingan, harapan dan tidak untuk dibenarkan.