Ada sesuatu yang hilang ketika dirundung suatu kegalauan pada kehidupan. Menurut saya, kegalauan sendiri adalah suatu keadaan yang sebenarnya ingin membrontak pada kemapanan. Dari sana pertanyaan demi pertanyan muncul. Bagaimana kita akan membawa hidup kita kedepan? Kejengahan pada cara hidup saat ini menjadi dasar bahwa; "kita sebagai Manusia ingin sesuatu yang lebih dari saat ini".
Tidak dapat dipungkiri bahwa, dorongan akan munculnya motivasi Manusia bukan hanya dari mana kita mendapat suatu pengaruh itu. Terkadang jika kita telah mengenal diri kita sendiri lebih baik, motivasi dari luar diri seakan menjadi kecil pengaruhnya.
Justru pengaruh itu dari dalam diri kita sendiri. Tentang bagaimana apa yang seharusnya kita lakukan, pengalaman apa yang harus kita dapat dan suasana apa yang harus kita rasakan. Ketika itu dirasa diri belum cukup, akan menjadi pembrontakan yang hebat dari dalam diri sendiri.
Jika kita telah mengalami titik itu dimana kita mempertanyakan eksistensi diri kita, janganlah sebagai Manusia yang abai. Pengertian abai sendiri yaitu membiarkan bahkan terus menghibur diri supaya masalah kegalauan tersebut dikaburkan oleh pikiran dan hasrat yang menginginkan hidup dalam kemapanan. Padahal keadaan seperti ini sangat langka terjadi pada diri Manusia, karena ada masanya titik tertentu menjadi begitu kuat.
Saya menilai bahwa, kegalauan akan hidup itu sendiri perlu disimak, bahkan kalau bisa ditunaikan sebagaimana tuntutan keinginan dalam diri itu sendiri. Karena jika kegalauan hidup tidak terjawab, dan diimplementasikan dengan wujud kenyataan. Itu akan membuat suatu pertanyaan secara terus menerus dalam hidup Manusia.
Ketika masa itu terlewat, akan ada pikiran yang mengganjal, mengapa dulu tidak di ikuti hasrat kegalauan hidup itu? Memang ada upaya takut untuk memulai, tetapi ketakutan itu hanya dari alam pikiran yang berubah-ubah.
Perasaan yang ada mengindikasi seberapa-pun hebatnya pikiran, diri tidak akan bisa membohongi dirinya sendiri. Pada saatnya diri terus bertanya pada dirinya sendiri akan tujuan-tujuannya yang lebih tinggi. Bahwa panggilan untuk menjadi lebih sebagai manusia haruslah dijalankan. Disini "lebih" bukan pada pengejaran materialisme, tetapi pada pengejaran akan eksistensial sebagai manusia itu sendiri.
Pengalaman saya menghadapi kegalauan hidup
Kejengahan saya berangkat dari bosannya pada kerja yang itu-itu saja, masih di daerah yang sama pula. Sebelumnya cara Saya menghadapi kejengahan rutinitas kerja dengan Kuliah paruh waktu, tepatnya saat week end. Bagi saya aktivitas berbeda dapat membuat hidup lebih mempunyai warna. Banyaknya aktivitas akan mengurangi kebosanan pada kehidupan kita sendiri.
Ditambah aktivitas itu dapat membuat kita bahagia. Saya menganggap aktivitas Kuliah sangat membahagiakan, meskipun mendengarkan materi Kuliah jika saya tidak suka membosankan juga. Namun bertemu, bercanda dan berdiskusi dengan Teman-Teman ketika istirahat di Kantin cukup membahagiakan.
Titik terendah Saya menghadapi kegalauan kehidupan pada saat masuk semester akhir. Jarangnya jadwal kuliah menjadi sebab, ditambah nurani yang brontak ingin berkelana meninggalkan pekerjaan untuk mencari pengalaman dan nasib yang baru. Mungkin karna sudah terlalu lama bekerja di bidang dan tempat yang sama juga mendasari.