Sengaja aku buat kata-kata manis untukmu, malam ini bulan terlihat hanya separo, kau tahu akupun saat-saat ini seperti bulan itu, kehilangan senyumku tak kala tak menyapamu.
Ada senyum kecil ketika kita saling menyapa, bercanda bahkan saat berbicara dimaya. Meskipun aku tak tau sedikitpun perasaanmu, tetapi semua itu sudah membahagiakanku karna tawa dan sejuta rinduku.
Bintangku yang lucu apakah harimu juga ingin aku pandang seperti aku memandangi kapal-kapal yang menyebrangi lautan? Kuharap kau berkata iya karna senyum tak akan pernah membohongi setiap malam-malamku.
Bunga yang kini berada didepanku ini sudah mekar, akupun ingin menatapnya, seperti aku menatap dirimu. Saat itu aku ingin memandang cahaya baru, menjemputmu, untuk hari-hari bahagia kita.
Mungkin kau juga harus tahu, kebahagian tak akan datang jatuh dari langit ketika ia ditunggu, meskipun harus dengan derita aku tetap harus mengusahaknnya, usaha dan tetap dengan sejengkal usaha.
Rasanya memang benar adanya, pangeran memang harus memilih, tetapi tetaplah bidadari yang menentukan kuasanya. Jika tak ingin engkau melihat senja esok pagi, berlayarlah bersama mimpi-mimpimu, untuk aku anggap ini sebagai yang lalu, menjadi lalu dan akan terus berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H