Lihat ke Halaman Asli

Toto Priyono

TERVERIFIKASI

Penulis

Menciptakan Fajar dengan Cinta

Diperbarui: 29 Desember 2017   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://roseville-estate-planning.websitehabitat.com

Ibarat kapal, aku ini sedang terombang-ambing ombak dan terseok-seok karang. Aku menggigil bak dimusim salju padahal tak ada secuil saljupun didekatku. Terkadang saat-saatku terbenam oleh kepalsuan. Sadar atau tidak aku seperti hilang arang.

Masihkah ada setitik harapan disini ataupun disana? sayang aku akan mencarimu disini, apakah kau sekarang sedang disana? Kau membingungkan aku, sebenarnya adakah kamu sayang? Apakah kamu hanya ada diimajinasiku saja? oh, sayang, engkau yang tersayang jawablah aku ini.

Perjalananku sudah panjang, dimanapun tempat sudah aku singgahi. Dimanakah kamu cinta sejati yang selama ini aku cari? Adakah juga kau sama-sama mencariku? kau cinta seperti topeng, terlihat tapi tak tahu apa dan seperti apa isi didalamnya. Tahukah kamu bahwa selama ini aku bertarung dalam kehidupanku untuk kamu. oh, sepertinya hariku sedang mendung.

Aku hanya ingin aku juga bertarung dengan harapan. Sungguh aku ingin melihat fajar yang aku ciptakan. dalam kesendirian aku tenggelam, sudah tidak bisa aku mencari makna. Pelajaran demi pelajaran memang ada tetapi apa? Aku hanya berkutat pada obyek penafsiranku sendiri tanpa tahu sebenarnya untuk apa hidupku ini.

Sudah aku mencari senang dimana-mana. Tetapi kau tahu kesenangan tidak ada yang membekas. Harus juga kau tahu bahwa apa yang baik adalah hal yang selalu berjuang dan menuntut untuk berjuang. Sepucuk keyakinanku pasti datang esok aku akan menciptakan fajar untuku dan umat manusia. Hanya ingin aku berjuang, aku juga tahu aku memperjuangkan apa.

Diriku sudahlah cukup, terkadang aku pesimis memandang sang fajar ini. Namun fajarku harus ada. Aku ingin ada harapan yang diharalkan meskipun untuk sesuai harapan yang ideal sangatlah langka. Hariku kini bulat, berjuang untuk diri bermakana sangat sedikit. Mungkin aku harus berkelana demi yang sejati ini. Berjalan, mengedap-endap bahkan berlari mengarungi samudra lautan bumi.

Kini aku sudah tak punya tempat untuk berpasrah diri. Tidak pula aku gantungkan diriku pada siapapun. Aku serahkan semua pada yang terjadi pada jalan hidupku sendiri. Jika tubuh dan bumi memang sudah beraturan sejak dulu, Aku juga harus mengatur hidupku sendiri untuk ini. Waktu akan memberi tahu hasilnya nanti. Dimana akan ada atau tidak fajarku dimasa mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline