Lihat ke Halaman Asli

Monopoli bisnis narkotika negeri di awan

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada suatu negara yang jauh disana, dan disini kita sebut sebagai negeri di awan, telah berlangsung kompetisi sengit dan saling sikut terkait perebutan tampuk pimpinan kekuasaan dan perebutan pasar narkotika, kedua belah pihak tersebut bekerjasama bahu-membahu untuk memperebutkan dan mengelola potensi pasar sebanyak 5 juta orang pengguna narkoba.


Perebuatan ini telah mengorbankan banyak pihak baik sesama calon pemimpin kekuasaan dan para penguasa pasar narkotika. Calon pemimpin kekuasaan berusahaa memenangkan publikasi media untuk mendapatkan citra dan simpati dengan tangkapan besar sementara calon penguasa pasar narkotika bertugas memberikan umpan-umpan tangkapan besar bagi calon pemimpin kekuasaan.


Potensi pasar 5 juta orang pengguna narkoba dengan asumsi pengeluaran rata-rata US $2000 per Tahun maka potensi pasarnya setara dengan 100 triliun per tahun jika dikonfersi menjadi nilai rupiah mata uang negara kami. Potensi pasar ini benar-benar menggiurkan dan menyebar di segala usia, segala profesi dan segala penjuru negeri.


Pasar narkotika negeri di awan ini juga telah menginspirasi para bandar narkoba di negara kami, hal ini terbukti dengan banyaknya bandar narkoba yang tertangkap di rumah mewan dan menunggangi mobil-mobil mewah serta mampu membayar para pengacara super mahal. Tapi bandar narkoba di negara kami belumlah sehebat bandar narkotika negeri di awan.


Bandar narkotika negeri di awan mampu menguasai jaringan dari hulu sampai ke hilir, mereka menguasai kawasan tepi pantai atas nama konservasi lingkungan untuk mengelola pelabuhan arus keluar-masuk barang, mereka juga mengelola kawasan hutan atas nama suaka alam untuk bercocok tanam bahan baku dan proses produksi, mereka juga mengelola regulasi agen berwenang untuk mengamankan jalur pengiriman dan logistik, mereka juga menguasai jalur distribusi independen dan petugas berprofesi ganda, bahkan mereka juga menguasai pengelolaan panti rehab korban narkotika atas nama kepedulian sosial bagi anak orang kaya yang rela membayar mahal.


Pencapaian ini tidaklah mudah, perlu pengorbanan watu, biaya, darah dan air mata serta dukungan opini media. Pencapaian ini tidaklah dalakukan oleh hanya satu pihak saja tetapi dibangun secara kolaborasi dengan berbagai pihak, ada yang mengambil peran sebagai pemberantas (kompetitor) dan merangkap sebagai pelindung, ada juga yang mengambil peran sebagi penebar kepedulian dan sekaligus merangkap sebagai pedagang


Nominal pendapatan dari bisnis ini tentu saja cukup besar, namun dengan berbagai trik pencucian uang lalu uang hasil perdagangan narkotika pada akhirnya akan dipergunakan untuk berinvestasi secara legal di sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak lalu suatu saat nanti masyarakat negeri di awan akan dikuasai oleh konglomerasi gembong narkoba yang menempatkan masyarakat sebagai budak pengabdi dan gembong narkoba sebagai raja yang bermurah hati.

Semoga bandar narkotika negeri di awan tidak bermigrasi ke negara kami Negara Kesatuan Republik Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline