Tesis Ilmiah vs Arogansi Habaib
Oleh : Komarudin Daid
Berkali-kali kita dengar pengakuan kiyai Imaduddin Usman al-Bantani tentang latar belakang dirinya menulis karya ilmiah tentang nasab habib atau habaib,yaitu berangkat dari keprihatinannya melihat perilaku sebagian habib yang justru sangat bertolak belakang nabi Muhammad SAW yang mereka klaim punya ketersambungan nasab ,sebagai datuk mereka.
Beliaupun berusaha keras mengumpulkan dan mempelajari kitab - kitab nasab kuno sejak abad ke empat sampai abad kedelapan,berbagai macam manuskrip kuno juga menjadi bacaanya. Selain itu beliau juga mengumpulkan buku-buku sejarah yg terkait dengan perkara nasab.
Setelah mempelajari dan meneliti dari berbagai kitab nasab mulai abad keempat,kelima,keenam,ketujuh, kedelapan, maupun manuskrip kuno dan buku-buku sejarah, akhirnya kiyai Imad dengan sangat yakin menyimpulkan kalau habaib bukanlah keturunan nabi Muhammad SAW, dengan alasan tidak ada dalam satu kitabpun yg ditelitinya mencatat kalau Ubaidillah atau Abdullah , yang menjadi sandaran nasab habaib ,adalah anak dari Ahmad bin Isa yg merupakan keturunan sesungguhnya nabi Muhammad SAW.
Reaksinya seperti apa,tentu kita sama-sama tahu. Para habib marah besar. Mulai habib Taufiq Assegaf sebagai ketua Rabitah Alawiyah,yaitu organisasi berhimpunnya habaib, Habib Riziq Shihab sebagai pentolan habaib, habib Bahar, habib Hanif maupun habaib lainnya secara berjamaah menolak kesimpulan tesis kiyai Imad, bahkan membuat preming jelek dan menghujat kiyai Imaduddin Usman al-Bantani dengan berbagai tuduhan keji.
Pembelaan terhadap kaum Ba,alawi ini bukan saja muncul dari kalangan habaib,tapi juga dari para pengikutnya yang biasa dipanggil dengan sebutan Muhibin,yg selama ini sami,na wa,ato,na , bahkan yg dicium bukan cuma tangan,tapi kaki habib pun dicium oleh mereka.
Yang terkesan aneh pembelaan juga datang dari Rois Am PBNU, yang mulia kiyai Miftahul Ahyar. Beliau malah menganalogikan tesis kiyai Imadudin sebagai cara kaum Wahabi memecahbelah umat Islam,tidak sampai disitu , sang Rois am malah menganalogikan pigur kiyai Imad dengan seorang khawarij ( tulisan sebelumnya yg berjudul *Analogi aneh Rois am PBNU,demi membela Ba,alawi*?kompasiana 2 Juni 2024 ),padahal jelas-Jelas kiyai Imad adalah pengurus PW NU Banten,yg tidak lain kadernya sendiri, tapi masih dituduh Wahabi dan khawarij.
Dari berbagai macam reaksi yang muncul,nyaris tidak ada satupun yang menjawab secara ilmiah tesis ilmiah kiyai Imaduddin, kecuali caci-maki, provokasi , freming dan tuduhan jahat thd pribadi kiyai Imadudin. cara semacam ini sama sekali tdk menjawab tesis kiyai Imadudin, tapi membuat masalah semakin melebar dari persoalan yang sesungguhnya yaitu masalah ketersambungan nasab Ba,alawi, sehingga kondisinya makin tidak karuan.
Bagaimana mungkin sebuah karya ilmiah tapi dibalas dengan caci-maki, freming jelek, berbagai macam tuduhan negatif,bahkan ancaman kekerasan terhadap pembuat tesis tersebut, sebuah karya intelektual harusnya dibalas dengan karya genius bukan dengan cara yang sangat primitif jahiliyah.
Cara menjawab mereka sebenarnya hanya sekedar menutup-nutupi ketidakmampuan mereka menjawab tesis kiyai Imadudin,untuk membuktikan katersambungan leluhur mereka yaitu Ubaidilah kepada Ahmad bin Isa sampai kepada Rosulullah SAW.