Lihat ke Halaman Asli

Deflasi, Rakyat Menjerit

Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Beberapa pekan ini sering ditemui pedagang sayuran dadakan menggunakan mobil pickup menjajakan cabai dan bawang dengan harga yang sangat murah. Entah karena memang hasil panen yang melimpah (oversupply) di petani, sehingga harga cabai bisa begitu anjlok atau ada hal lain yang mengakibatkan anjloknya harga beberapa bahan pangan ini. 

Bukan hanya di Jakarta, di Kabupaten Pidie, Aceh terpantau harga cabai merah kualitas bagus dibeli agen pengumpul dari petani hanya Rp12.000 per kilogram (kg). Lalu harga cabai merah kualitas sedang hanya Rp10.000/kg (www.mediaindonesia.com). 

Jika fakta turunnya harga-harga sebagian komoditas bersanding dengan fakta banyaknya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh beberapa perusahaan beberapa bulan belakangan ini, maka jelas harga cabai anjlok disebabkan karena daya beli masyarakat  menurun. Saking turunnya daya beli masyarakat, sampai harga-harga barang dan jasa anjlok. Keadaan ini mirip dengan keadaan yang disebut deflasi.

Deflasi adalah kondisi dimana harga sejumlah barang dan jasa mengalami penurunan. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, yaitu ketika harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Muhammad Andri, ekonom dari Bright Institute,mengatakan Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024. 

Menurutnya hal ini dengan jelas memperlihatkan bahwa masyarakat kelas pekerja sudah tidak punya uang lagi untuk berbelanja. (BBC News Indonesia)

Berkaitan dengan deflasi yang terjadi saat ini di Indonesia, jika kinerja perekonomian Indonesia ditopang sebagian besarnya oleh konsumsi rumahtangga maka deflasi mengindikasikan konsumsi rumah tangga mengalami penurunan daya beli signifikan diakibatkan oleh pendapatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan belanja barang dan jasa, sehingga rumahtangga menahan daya belinya. 

Jika daya beli sektor rumah tangga terus menurun, maka dampak secara langsung adalah pada kesejahteraan anggota keluarga termasuk ibu dan anak, mengingat sebagian besar anggaran rumahtangga saat ini diketahui dikelurkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

Diketahui deflasi terjadi pada harga bahan pangan strategis seperti cabai, telur, daging ayam dan tomat. Jika untuk biaya belanja kebutuhan pokok saja keluarga sudah mengurangi konsumsinya, apatah lagi untuk mengeluarkan biaya pendidikan dan kesehatan yang lebih mahal. 

Alih-alih terpenuhi, sangat mungkin akan dikorbankan mengingat rendahnya kemampuan daya beli rumahtangga dan tingginya biaya jasa pendidikan dan kesehatan. 

Akibatnya bukan tidak mungkin generasi akan mengalami penurunan kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan mengingat lemahnya kemampuan daya beli rumahtangga.

Sudahlah jatuh tertimpa tangga, di tengah situasi deflasi karena begitu rendahnya daya beli masyarakat, pemerintah kita seolah menutup mata dan justru mengeluarkan banyak kebijakan yang kontraproduktif. Alih-alih mengatasi deflasi, kebijakan pemerintah saat ini justru semakin menurunkan daya beli masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline