Lihat ke Halaman Asli

Prestasi Ekonomi SBY Menurut Saya yang Awam

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca tulisan yang membahas prestasi ekonomi SBY-BOED dengan acuan tulisan seorang Ekonom yang telah diakui kepakarannya memberi inspirasi pada saya yang awam dan tentu saja bukan siapa-siapa ini untuk juga turut memberi sedikit hasil pengamatan tentang perekonomian Negeri tercinta ini.

Nilai tukar Rupiah yang relatif stabil dan cadangan devisa yang terus meningkat, ditambah dengan Indeks IHSG yang telah menembus angka 4000 jika saya lihat dari sudut pandang orang awam ekonomi seperti saya adalah sbb:

1. Nilai tukar rupiah yang stabil:  Adalah suatu kondisi yang secara kolektif diciptakan oleh para Investor Asing/Fund Manager asing untuk kepentingannya.  Tujuannya agar ketika mereka enter dan exit ke Pasar Keuangan Indonesia (Surat Hutang dan Saham) mereka tidak terlalu dipusingkan dengan strategy Hedging (lindung nilai) dan ketidak pastian nilai tukar.  Kesimpulannya mereka secara kolektif menjarah Bangsa Indonesia.

2. Cadangan Devisa RI yang terus meningkat dan per akhir Juni hampir mencapai USD 120 Milliar, adalah akibat konversi USD ke IDR yang digunakan untuk masuk ke Pasar Keuangan Indonesia (Surat Hutang dan Saham).  Mengenai kepemilikannya, para Fund Manager asing akan dengan mudah menggunakan nama-nama lokal atau cabang-cabang Bank Asing yang beroperasi di Indonesia.  Permainan semacam ini sudah terjadi sejak sebelum Krisis Moneter 1998 dimana saat itu Fund Manager Asing melakukan pembelian NCD Bank-Bank Pemerintah dengan memanfaatkan Dana Pensiun yang memiliki SK Bebas Pajak atas pendapatan bunga dari Depkeu RI.

3. Pendapatan per kapita yang telah mencapai USD 3000/Tahun tidak bisa dijadikan patokan di Negeri ini, karena faktor gap yang sangat besar antara si kaya dan miskin.  Bayangkan si kaya dengan mudahnya membeli Ferarri seharga IDR 4,5 Milyar sedangkan masih banyak Rakyat yang untuk tempat berteduh pun seadanya. Secara riil kebanyakan Rakyat Indonesia masih berada pada tingkat pendapatan USD 500/kapita/Tahun.  Bisa dibayangkan dengan harga beras yang sudah meningkat 4-5 kali lipat dan harga property yang juga meningkat pesat karena aksi spekulasi kelas menengah ke atas.

Fakta-fakta yang mendukung:

1.  Angka Inflasi yang relatif bertahan 1 digit karena dari Hasil Investasi yang sedemikian besarnya hanya sedikit yang benar-benar langsung memberi income kepada masyarakat (saya asumsikan data BPS benar!)

2.  Tidak beraninya Otoritas Moneter menurunkan bunga acuan dengan alasan menahan laju inflasi, padahal sebenarnya yang dijaga adalah daya tarik suku bunga Instrument Rupiah bagi Fund Manager Asing.

3.  Bunga kredit yang relatif lebih tinggi dibanding bunga acuan dan yield SUN.

Pada ekonomi di tingkat riil, saya berani menyatakan bahwa lapangan pekerjaan masih belum ada perubahan yang signifikan.  Padahal jika dana-dana yang masuk benar-benar diinvestasikan di sektor riil, tentunya akan sangat terlihat dari ketersediaan lapangan pekerjaan di dalam negeri dan angka inflasi.

Kesimpulannya adalah yang terjadi sekarang ini adalah pertumbuhan ekonomi balon (bubble) yang sewaktu-waktu pasti akan pecah dan mengempis, akan tetapi karena belajar dari pengalaman terdahulu para Fund Manager Asing pastilah berusaha menjaga "lahan garapan" mereka agar bisa terus menghasilkan dalam jangka waktu yang lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline