Lihat ke Halaman Asli

Widiyatmoko

TERVERIFIKASI

Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Fenomena Merger Maskapai Penerbangan

Diperbarui: 2 Maret 2024   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat terbang. (Sumber gambar: pxhere.com)

Setelah berakhirnya pandemi, industri aviasi mulai bergerak kembali walau masih menghadapi beberapa tantangan seperti rantai pasokan yang tidak hanya berdampak pada laju produksi pesawat saja tapi juga ketersediaan suku cadang bagi pesawat pesawat yang dioperasikan oleh maskapai.

Namun demikian peningkatan jumlah pelaku perjalanan sepertinya memang tidak bisa dibendung --terlebih dengan adanya revenge travel---sehingga proses pemulihan pada industri aviasi khususnya aviasi sipil komersial tidaklah akan memakan waktu lama.

Pandemi juga menciptakan berbagai perkembangan baru seperti munculnya maskapai baru ditengah proses pemulihan dengan memanfaatkan harga pesawat yang di "obral" oleh berbagai perusahaan leasing karena banyak maskapai yang mengembalikan pesawatnya, perkembangan yang juga tidak kalah menarik adalah merger oleh beberapa maskapai.

Merger oleh maskapai ada yang merupakan penggabungan dua maskapai dalam satu pemilik menjadi grup maskapai, ada pula yang merupakan gabungan antar dua maskapai yang berbeda pemilik.

Beberapa contoh merger yang telah dan akan dilakukan oleh beberapa maskapai didunia adalah maskapai Thai Airways yang menggabungkan maskapai miliknya yaitu Thai Smile, kemudian Air Asia yang rencananya akan menggabungkan antara Air Asia dengan Air Asia X menjadi Air Asia Group serta di Indonesia antara Citilink dengan Pelita Air.

Namun di balik fenomena ini, ada pula dampaknya yaitu pada pelaku perjalanan udara terutama pada harga tiket pesawat nantinya, mengapa demikian ?

Untuk menjawabnya, mari kita mulai dengan apa yang menjadi latarbelakang dari merger maskapai ini selain dari alasan efisiensi.

Merger bagi maskapai tidak hanya penggabungan perusahaan saja tapi juga penggabungan armada dan jaringan (network) yang juga akan berdampak pada market share nya, penambahan armada dalam konteks pasca pandemi sangat bisa diterima karena akan lebih murah biayanya dengan menggabungkan pesawat dalam satu armada daripada membeli pesawat -- baik baru maupun bekas serta tidak perlu menunggu waktu yang bisa lama.

Merger bagi maskapai juga berarti penambahan jadwal penerbangan terutama pada jam-jam sibuk dan padat yang berarti maskapai perlu berlomba mendapatkan slot di sebuah bandara pada jam-jam tersebut.

Pada bandara yang cukup padat, maskapai perlu bersiap dengan biaya slot bandara yang cukup tinggi -- terlebih pada jam jam sibuk, sebagai contohnya adalah maskapai Oman Air yang membeli slot bandara dengan kedatangan pagi hari di bandara Heathrow seharga USD 75 juta dari Air France-KLM pada tahun 2016.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline