Dalam beberapa tahun terakhir ini kita sering mendengar wacana untuk membidik wisatawan berkualitas sebagai usaha untuk menggeser pariwisata berbasis kuantitas ke kualitas.
Saat pertama kali mendengar istilah pariwisata berkualitas, pemikiran penulis tertuju pada pelayanan kepada wisatawan sebagai penjabarannya, pemikiran penulis terbentuk dari wacana dijadikannya Labuan Bajo sebagai destinasi wisata premium yang kemudian direalisasikan dengan pengembangan di Labuan Bajo.
Wacana lainya pun bermunculan mulai dari keanggotaan, biaya masuk tinggi hingga penerapan kuota, penulis pada akhirnya menyadari bahwa pemikiran penulis selama ini keliru.
Kekeliruan penulis semakin nyata dengan beberapa pernyataan dari pejabat serta pemangku kepentingan baik pusat maupun daerah dengan mengatakan bahwa hanya wisatawan yang berkantong tebal bisa berkunjung ke destinasi wisata tersebut serta adapula yang membandingkan total pembelanjaan wisatawan asing di Indonesia dengan di negara lain.
Dan yang terakhir adalah adanya wacana untuk menerapkan kuota wisatawan asing dan merubah haluan dari kebijakan mass tourism ke wisatawan berkualitas dengan dasar untuk meminimalkan wisatawan yang nakal.
Definisi dari pariwisata berkualitas pun semakin jelas dan nyata dimana merujuk pada wisatawannya dan karena rujukannya tersebut pula maka upgrade wajah dan penampilan dari destinasi wisatapun dilakukan di beberapa lokasi tertentu.
Apa itu wisatawan berkualitas? definisi wisatawan berkualitas ada yang melihatnya dari dua sisi, yang pertama dari sisi pembelanjaan yg dilakukan wisatawan di destinasi wisata sedangkan sisi kedua dari manfaat positit dari kunjungan wisatawan ke destinasi wisata.
Jika kita melihatnya berdasarkan pernyataan dari salah satu pejabat di sebuah daerah di Indonesia maka definisi wisatawan berkualitas yang dimaksud adalah wisatawan melakukan pembelanjaan yang tinggi (berkantong tebal).
Perlu disadari disini bahwa semakin tinggi kualitas maka semakin kecil ketersediaan atau jumlahnya, sebagai contoh barang fashion yang asli dengan harga ratusan juta hingga milyaran Rupiah.
Begitu pula wisatawan berkualitas, mereka yang akan menghabiskan lebih banyak uangnya daripada wisatawan pada segmen lainnya adalah orang orang dengan pendapatan diatas rata rata hingga tak terhingga (ultra-high).