Setiap pesawat baru baik model maupun varian nya yang diproduksi baik itu oleh Airbus maupun Boeing umumnya adalah untuk menyaingi produk yang sejenis dari mereka berdua, ibaratnya kedua pabrikan ini saling berbalas pantun.
Persaingan antar keduanya memang pada kebanyakan waktu membuat pusing bagi yang mengamati perkembangan mereka.
Persaingan produk pesawat airliner (penumpang dan kargo) ini terjadi pada beberapa hal namun yang jelas terlihat ada pada jumlah kapasitas, daya jelajah dan konsumsi bahan bakar.
Akan tetapi faktor variabel nya sangat banyak, sebagai contohnya bila ada pertumbuhan jumlah permintaan kursi secara signifikan pada rute dimana pesawat yang dioperasikan tidak lagi bisa menampung penambahan permintaan kursi tersebut maka maskapai membutuhkan pesawat dengan kapasitas yang lebih daripada harus menambah slot yang mungkin juga tidak lagi tersedia jika bandara tujuan sudah penuh.
Namun bisa pula maskapai membutuhkan pesawat dengan daya jelajah lebih jika ada rute yang dinilai potensial namun pesawat yang dioperasikan tidak bisa menjangkau nya dari base maskapai.
Boeing menjawab contoh terakhir ini dengan B-787 yang bisa membuat pesawat mampu terbang langsung dari bandara non utama atau secondary airport ke bandara yang dituju tanpa harus singgah di bandara utama ataupun hub maskapai.
Airbus kemudian meluncurkan pesaingnya dengan keluarga A-350 mereka.
Proses ini selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan dari industri aviasi itu sendiri sehingga saling membalas pantun diantara dua pabrikan ini juga tak pernah berhenti.
Begitu pula pada pesawat keluarga Boeing B-777 yang akrab dipanggil dengan "Triple Seven" ini dan sudah tidak asing di telinga kita, dan bahkan kita sering melihatnya di bandara bandara ketika kita melakukan perjalanan udara.
Namun demikian perjalanan dari keluarga B-777 mulai dari generasi pertama mereka yang meliputi B-772 dan B772 LR hingga generasi kedua yang meliputi B-773, B-773 ER dan B-772F tidaklah dapat dikatakan mulus walau pada beberapa varian seperti pada B-773 ER mendulang sukses dalam bersaing dengan Airbus A-332.