Lihat ke Halaman Asli

Widiyatmoko

TERVERIFIKASI

Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Flight Shame, Gerakan Sosial Peduli Lingkungan Akibat Polusi Penerbangan

Diperbarui: 27 Agustus 2022   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan ini menjalar ke berbagai negara Eropa dan beberapa organisasi, perusahaan hingga universitas. Bagaimana dengan di Indonesia? (Freepik)

Pernahkah kita melihat berita ataupun membaca artikel yang mengarahkan kita untuk mengurangi perjalanan dengan pesawat atau tidak sama sekali karena dampaknya kepada kehidupan bumi? Jika pernah, maka ini disebut dengan flight shame atau flygskam.

Flight shame merupakan gerakan dalam upaya memberikan pesan kepada maskapai-maskapai atas dampak buruknya pada lingkungan. Sehingga semakin efektif pesan tersampaikan semakin besar pula dampaknya (negatif) bagi maskapai.

Sudah tentu kegiatan ini mengundang pro dan kontra karena di satu sisi poin yang disampaikan memang sangat positif yaitu untuk mengurangi kerusakan lingkungan bagi kehidupan manusia. Di sisi lainnya dengan mengajak orang untuk mengurangi atapun melarang menggunakan pesawat akan membawa dampak yang lebih luas lagi.

Semua moda transportasi dengan masing masing kendaraannya sama sama menghasilkan emisi CO2 sehingga dengan mengalihkan jenis kendaraan yang digunakan hanya akan memindahkan dampak emisi CO2 dari satu moda ke moda transportasi lainnya.

Di Swedia terdapat gerakan sosial yang bernama flygskam yang artinya flight shame, gerakan ini dimulai pada tahun 2018 dan mulai menyerukan kepada orang untuk tidak menggunakan pesawat dengan tujuan untuk mengurangi jejak karbon pada penerbangan.

Sebagai jawabannya mereka menyerukan penggunaan kereta api. Dampak dari gerakan ini adalah peningkatan tajam pada penjualan tiket kereta api dan penurunan drastis di tiket pesawat di tahun 2019.

Gerakan ini menjalar ke berbagai negara yaitu Jerman, Perancis, hingga Inggris. Seperti di Swedia, gerakan ini berhasil menurunkan angka penjualan tiket pesawat.

Dampak dari gerakan ini tidak berhenti di situ, pada tahun 2019 itu pula beberapa organisasi, perushaan dan bahkan universitas menerapkan pelarangan penggunaan pesawat kepada karyawannya yang melakukan perjalanan pada jarak tertentu.

Beberapa negara di Eropa kemudian mulai memberlakukan pelarangan penerbangan jarak pendek kepada maskapai dan meminta untuk menyediakan koneksi penerbangan dengan kereta api pada jarak tertentu, pelarangan ini dikenal dengan Short Haul Flight Bans yang juga diikuti oleh beberapa organisasi dan perusahaan di Eropa.

Dari sisi maskapai maupun industri aviasi secara keseluruhan merupakan tantangan tersendiri untuk berbuat sesuatu yang dapat mengembalikan penjualan kursi-kursi penerbangan yang hilang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline