Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran Tentang Keputusan dari Supir Taksi

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="bisnis-topp.blogspot.com"][/caption] Ada orang yang  mengatakan "nanti aku kerjakan". Maka dia akan menyadari waktu berlalu begitu cepat. Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan kata nanti itu telah lama dia ucapkan. Akupun merupakan bagian diantara orang yang seperti itu. kelompok orang yang senang menunda-nunda. Sifat menunda-nundaku ini merupakan musuh nomor satu dalam hidupku. Karena di dalamnya tersimpan berbagai maam sifat buruk seperti malas, tidak peduli akan masa depan, dan yang paling menyedihkan adalah waktuku yang berharga tidak bisa aku ambil kembali. Bagi sebagian orang. mengubah suatu kebiasaan merupakan hal yang mudah. Dia cukup berkata dalam dirinya, cukup!!!, hentikan sekarang. Maka diapun berhenti. Aku pernah mendengar perbinangan seorang supir taksi dengan kakakku. Mereka membicarakan tentang kebiasaan merokok mereka. Kakak memulai pembicaraan dengan mengatakan kalau dia bisa menghentikan kebiasaan merokoknya dengan cara mengurangi kadar rokok yang di hisap setiap hari. Lalu supir taksi itu menanggapinya kurang lebih seperti ini , " kalau saya sih, ketika memutuskan berhenti ya berhenti. tidak ada satupun rokok yang saya hisap setelah memutuskan untuk tidak merokok". Aku dan kakakku terkejut mendengar bapak tersebut mengatakannya seolah-olah menghentikan kebiasaan merokok itu gampang. "memangnya semudah itu??" Dia jawab tentu saja tidak. Kepalanya seringkali sakit. Tapi, tetap saja karena sudah memutuskan berhenti. Dia menahan rasa sakit tersebut. Begitu juga saat dia bilang dia berhenti dengan kebiasaan berjudi yang sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. diapun menggunakan cara yang sama. Kekagumanpun terlihat dari mataku. Jangan pernah meremehkan siapapun karena kamu tidak tahu perjuangan apa yang sedang dia hadapi. Itulah hal yang selalu harus aku tanamkan dalam diriku. Hormati setiap orang, tidak peduli siapapun dan apapun profesinya. Kembali ke kebiasaan menunda. Aku bercita-cita menjadi penulis sejak bertahun yang lalu. Aku selalu saja menunda untuk menulis novel pertamaku. Mungkin dulu kalau aku bertahan sedikit saja dan tidak mengikuti hawa nafsuku. Aku sudah menulis puluhan buku dan menerbitkan beberapa di antaranya sekarang. Tapi, tidak ada kata terlambat untuk berubah. Aku akan membuat sebuah cerita yang baru dan sebuah ending yang baru untukku. Aku akan menullis dan menulis setiap hari seproduktif dan sebaik mungkin. Aku akan menggunakan semua waktuku dan melakukan apapun yang berhubungan dengan mimpiku. Karena waktu sepertinya sudah menangis darah sekarang. Seperti yang di lakukan oleh supir taksi tadi terhadap kebiasaan merokoknya. Akupun akan melakukan hal yang sama saat ini dan detik ini. Ketika keputusan telah di tetapkan, maka itu berarti jalan yang baru. Tidak ada lagi ceritanya kembali ke jalan yang lama. maka hari telah aku putuskan..., "AKU AKAN KONSISTEN DENGAN JADWAL MENULISMU" 09 oktober 2015 nanti, aku akan melihat lagi tulisan ini dan aku yakin saat itu aku sudah melihat bukuku di jual di rak buku best seller di Gramedia. Aamin...

Bandung, 09 oktober 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline