Berwisata biasa dilalukan di tempat wisata untuk rekreasi, tetapi kali ini saya mencoba berwisata untuk belajar sejarah lewat lukisan-lukisan koleksi Istana Kepresidenan di Galeri Nasional Indonesia. Berlangsung sejak 10-30 Agustus lalu masyarakat umum bisa menikmati keindahan berbagai lukisan.
Saya menyempatkan datang ke Galeri Nasional Indonesia, tempat berlangsungnya acara pameran. Sebelum pukul 10.00 sudah nampak banyak pengunjung, menunggu pintu pendaftaran kunjungan dibuka. Tepat pukul 10.00 pintu dibuka oleh petugas, pengujung dipersilahkan mengambil nomor antrian ( satu nomor antrian, maksimal untuk lima orang).
Setelah nomor antrian dipanggil, petugas mempersilahkan kami menitipkan barang bawaan di tempat yang disediakan dan mengisi data-data pengujung. Tangan kami diberikan cap dan diarahkan menuju ke pintu masuk pameran lukisan. Saat masuk dilakukan pemeriksanaan, hanya dompet dan handphone yang diijinkan untuk dibawa masuk. Untuk mengambil foto hanya diperkenankan dengan handphone tanpa blitz, memotret dengan kamera tidak diijinkan.
1. Belajar Sejarah dan Keindahan Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan
Saat melewati proses pemeriksaan, terlihat sebuah lukisan besar yang ternyata hanyalah LED proyektor. Ada beberapa koleksi lukisan di Istana Kepresidenan tidak memungkinkan untuk dibawa karena ukuran yang besar dan lukisan yang rentan.
Syukurlah ada 48 lukisan koleksi Istana Kepresidenan hasil karya 41 seniman yang dikurasi oleh tim kurator. Mulai dari keragaman alam, dinamika keseharian, tradisi dan identitas, serta khidmat dalam kepercayaan dan iman yang bisa dinikmati karyanya. Inilah karya-karya lukisan dari setiap tematik.
a. Keragaman Alam
Saya melanjutkan langkah kaki untuk menelusuri keindahan lukisan satu per satu dengan tematik pemandangan alam, tergambar kekayaan alam dan kebudayaan masyarakat Indonesia dalam tiga belas lukisan di ruangan pertama. Koleksi yang berasal dari Istana Negara, Istana Bogor, dan Istana Bogor yang digolongkan sebagai Hindia Molek.
Salah satu lukisan yang menarik perhatian saya, lukisan Pantai Flores karya Basoeksi Abdullah yang memiliki nilai sejarah. Potret keindahan Pantai Flores yang diabadikan Bung Karno saat menjalani hukuman pengasingan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Lukisan berkuran 120x 185 cm yang dibuat pada tahun 1942, dibuat dengan bahan cat minyak di atas kanvas. Lukisan lain yang tak kalah bagus seperti Senja di Daratan Mahat, Terang Bulan, Pemandangan di Sulawesi, dan lainnya.
b. Dinamika Keseharian
Langkah kaki saya lanjutnya menuju ke ruangan selanjutnya, terpampang koleksi lukisan tematik dinamika keseharian. Hasil karya lukisan yang dekat dengan keseharian kita dan penggambaran keindahan alam lewat pendekatan dekoratif.
Karya lukisan yang menarik perhatian adalah lukisan Pendjual Sate karya Lee Man Fong, dibuat pada tahun 1958 dengan bahan cat minyak pada hardboard. Tentunya penjual sate sampai saat ini masih sangat dengan kehidupan kita saat ini, tak terbayangkan hal sederhana diabadikan menjadi karya yang indah. Lukisan Pendjual Ayam karya Ries Mulder, dan lukisan Kerjintaan karya Sidin mengabadikan hal yang dekat kehidupan sehari-hari.