Lihat ke Halaman Asli

Aksi Bela Ulama 161 Ultimatum Polri

Diperbarui: 17 Januari 2017   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Garang dan kerasnya isi Ultimatum FPI ini: dalam Tempo 2 x 24 jam Polda Jabar harus menahan Ketum GMBI dan gerombolannya yang menyerang ulama/santri jika tidak jangan salahkan umat Islam akan cari/kejar sendiri. Tegakkan qhishosh dan selanjutnya. Agak ngeri saya menuliskan redaksi Ultimatum selanjutnya, silahkan dibaca sendiri pada selebaran Ultimatum seperti diatas. 

Setelah terbilang sukses (jumlah massa) aksi-aksi yang dilakukan massa FPI selama ini dengan Rizieq Shihab sebagai ulama besarnya, tambahlah pula besar kepalanya para gerombolan ulama berjubah dan bersorban putih ini. Entah apa yang ada di otak mereka, walau sudah banyak yang mencemooh mereka dengan "otak onta" malah makin bernafsulah onta itu dengan dengusan nafasnya yang baunya kemana-mana. 

Pada Senin (16/01), massa aksi FPI ini dengan para ulama dan santrinya melakukan aksi di Mabes Polri yang lumayan membuat kemacetan lalu lintas disekitarnya. Tuntutan mereka bersesuaian dengan Ultimatum diatas, yaitu Agar Kapolri Jend. Tito Karnavian segera mencopot Irjend. Anton Carliyan sebagai Kapolda Jawa Barat karena telah menciptakan ketidakharmonisan masyarakat di Jabar pasca bentrokan antara massa FPI dengan GMBI (Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia) Jawa Barat di sekitaran Markas Polda Jawa Barat pada Jumat (13/01) lalu sesaat setelah pemeriksaan saksi terlapor Rizieq Shihab selesai dilakukan oleh penyidik Polda Jabar atas laporan Sukmawati Sukarno Putri dengan dugaan Pelecehan Lambang dan Dasar Negara Pancasila yang diduga dilakukan terlapor pada saat ceramah yang rekamannya ramai beredar di internet tahun lalu. 

Dengan  menepok jidat 1000 kalipun, logika berpikir dari Rizieq Shihab pasti tidak dapat ditemukan kewarasannya. Pertama, dia yang membawa massa untuk menemaninya pada saat pemeriksaan sebagai saksi terlapor di Polda Jabar yang jelas tidak menunjukkan sikap kooperatif dalam menghadapi proses hukum apalagi setelah membangkang 2 kali atas panggilan penyidik Polda Jabar. Kedua, bentrokan yang terjadi di halaman Polda Jabar antara FPI dan GMBI tidak jelas siapa yang memulai, bukankah bentrokan serupa telah sering terjadi yang nyata-nyata menjadi keangkuhan para massa FPI selama ini?

Sweeping, pemukulan, pemaksaan, caci maki sudah menjadi bawaan mereka, maka sangat sulit membenarkan kelompok FPI bila berada dalam bentrok dengan pihak lain. Ketiga, Polisi telah menetapkan 12 santri/simpatisan FPI sebagai tersangka atas penyerangan, perusaka dan pembakaran sekretariat GMBI di Cirebon. Dan mirisnya 5 dari 12 tersangka tersebut masih dibawah umur alias anak-anak, kasihan masih kecil sudah dirasuki radikalismenya si Onta Rizieq. Anehnya lagi para penyerang tersebut hanya terhasut oleh berita bohong (hoax) yang sengaja disebarkan dengan mengatakan ada korban FPI ditusuk oleh GMBI pada bentrokan di Mapolda Jabar. Alangkah kecilnya ruang otak kawan-kawan ini.

Propaganda yang bersifat menghasut yang penuh dengan caci maki, dogma-dogma. Itulah alat yang paling efektif yang selama ini dipakai oleh para ulama FPI yang berlindung dibalik jubah dan surban putihnya. Dan sangat berhasil membawa ratusan, ribuan, bahkan jutaan pendukungnya berjalan di jalan suci radikalisme mereka. Para pencari surga yang tangguh dan lantang layaknya.

Apakah dengan Ultimatum ini Polri akan ciut? Saya rasa tidak. Semakin masuklah nampaknya si Rizieq cs dalam perangkap hukum yang makin lama dikasih kebebasannya, semakin sulitlah mereka nantinya untuk mengelak dari bui hukum Indonesia. Genderang perang Rizieq semakin bertabuh kencang, sementara kaum nasionalis semakin diam dan memberi dirinya dililit seperti ular. Rizieq dan FPI nya tidak sadar bahwa yang dililitnya adalah daging-daging yang telah diberi selimut berserpih kaca yang dengan sendirinya akan melukai kulit si ular Rizieq yang semakin kuatnya  dia melilit. 

Kita lihat siapa yang menang. Jihadis Khilafah atau Nasionalis dengan Pancasilanya. Ini Indonesia bung, bukan timur tengah. Wassalam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline