Lihat ke Halaman Asli

Ko In

TERVERIFIKASI

Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Ketika Angan Melesat Jauh, Gara-gara Jemparingan

Diperbarui: 17 Maret 2023   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membidik wong-wongan (foto: ko in)

Saat duduk bersila mendengar penjelasan tentang jemparingan, di depan ada busur. Angan melesat  jauh bagai anak panah, ke hutan Sherwood, Nottinghamshire Inggris. 


Melihat Robin Hood menjelaskan dan memberi contoh, bagaimana cara membidik target agar anak panah tepat sasaran. 

Lamunan itu buyar saat disodori selembar kain oleh salah satu rekan Kompasianer Jogja yang suka bercanda gojegan atau guyonannya mengingatkan kalau saat itu saya sedang duduk di salah satu sudut lapangan di wilayah Tamantirto, Kasihan Bantul.

Tepatnya di Sasana Jemparingan Wisanggeni, Gunung Aren, Dusun Ngrame, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Untuk belajar memanah tradisional bersama persaudaraan atau paseduluran Jemparingan Langenastro, Yogya. 

Paseduluran ini terbentuk di tahun 2012 pada bulan Maret di tanggal 18. Kesenangan, hobi atau kesukaan mempertemukan mereka dalam kelompok paseduluran jemparingan. Dari kata jemparing yang berarti anak panah. Atau panahan tradisional khas Yogya.

Memakai udeng (foto: ko in)

Ya, sodoran selembar kain, menyadarkan bahwa saya tidak berada di hutan Sherwood, Nottinghamshire, Inggris tapi di sebuah lapangan atau Sasana Jemparingan Wisanggeni Tamantirto, Bantul. Lembaran kain yang nampak masih baru dan mesti diikat di kepala sebagai sesuatu yang "wajib" dipakai. Saat melakukan Jemparingan. 

Wajib karena jemparingan boleh dimaknai sebagai kegiatan olahraga sekaligus aktivitas yang sarat dengan nilai-nilai keutamaan perilaku manusia. Walau terkemas dalam bingkai tradisi budaya. Terasa sekali aktivitas ini bukan semata-mata mengolah raga, tetapi juga olah rasa.

Ikat kepala atau udeng menandai bahwa yang memakai mesti tahu dan mengerti atau mudeng, dalam bahasa Jawanya. Mudeng tak hanya sebatas pikiran atau berhenti di akal, kepala, otak. Tapi hati atau rasa juga harus mudeng atau mengerti dengan semua aktivitas yang dikerjakan atau dilakukan. 

Target atau wong-wongan (foto: ko in)

Seperti saat meletakkan anak panah ditengah busur, merentangkan tali pelontar anak panah. Menentukan target atau sasaran, membidik kemudian melepaskan anak panah agar mengenai sasaran yang diberi nama wong-wongan atau orang-orangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline