Hampir semua orang pernah mengalami penyakit lupa. Dengan berbagai cara orang berusaha untuk tidak lupa. Sebab lupa dapat memunculkan kerugian, kekecewaan dan tidak jarang membuat rasa sesak dalam dada.
Salah satu dampaknya, orang jadi gampang marah yang imbasnya kemana-mana. Mama sebagai pengelola keuangan keluarga. Mengatur keluar masuk uang keluarga mesti teliti dan ingat untuk apa saja setiap peser uang digunakan.
Tanggal atau hari apa, pada minggu ke berapa sejumlah uang harus disiapkan. Itu sudah menjadi pekerjaan bulanan Mama, seolah sudah otomatis dan terjadwal dengan rapi.
Namun Mama bukan mesin atau robot. Kemampuan mengingat terbatas sesuai kapasitas isi kepala dengan berbagai persoalan yang dihadapi. Ditambah faktor usia yang semakin bertambah.
Suatu hari, Mama lupa membayar tagihan rekening listrik. Akibatnya, tagihan bulan selanjutnya jumlah menjadi dua kali lipat dari jumlah biasanya. Plus denda.
Marah, kata yang tepat untuk menggambarkan secara singkat bagaimana suasana rumah menjadi "panas". Siapapun pasti kena imbasnya dan ikut disalahkan. Bagaimana menghadapi Mama yang marah ? Tidak perlu saya ceritakan di sini. Pasti banyak versi yang tidak akan pernah habis ceritanya.
Gara-gara lupa
Peristiwa kurang menyenangkan menjadi pengalaman berharga. Termasuk saat membeli sepeda motor secara kredit. Faktor lupa membayar angsuran pada waktunya, selalu menjadi salah satu sumber pemicu marah Mama. Walau yang lupa Mama, sekali lagi jangan diremehkan kemarahan Mama.
Tapi ini terjadi puluhan tahun lalu, terekam dalam ingatan saya. Dua kali Mama lupa membayar angsuran motor waktu itu.
Bukannya Mama tidak memiliki uang atau tidak cukup uang untuk membayar kewajiban setiap bulannya. Tetapi karena faktor ingatan. Guna menjaga suasana rumah tetap adem, kami kemudian membuat tanda lingkaran besar di kalender, dengan lingkaran warna merah pada tanggal tertentu di setiap bulannya.