Lihat ke Halaman Asli

Ko In

TERVERIFIKASI

Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Maaf, Saya Bukan (MI) Manajer Investasi atau Master Investasi

Diperbarui: 29 Desember 2020   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: market.bisnis.com/olah pribadi)

Dunia investasi, pasar saham dan pasar uang itu kejam. Tidak pandang bulu latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan. Modal uang sedikit atau segudang bukan jaminan kesuksesan. Orang-orang seantero dunia terlibat di sini dan siap melibas siapa saja yang kurang siap.

Siap dalam arti segalanya. Di pasar saham, ada individu atau kelompok yang memiliki ilmu dan pengetahuan cukup luas. Didukung teknologi informasi terkini dan pengalaman bermain saham  di seluruh dunia.

Seperti di Indonesia Stock Exchange. New York Stock Exchange, NASDAQ, Shanghai Stock Exchange, Tokyo Stock Exchange, Hongkong Stock Exchange, London Stock Exchange dan banyak lagi. 

Berani menjawab tantangan admin Kompasiana ? Coba renungkan dalam perjalanannya 10 sampai 15 tahun kedepan. Bukankah pelaku investasi saham  juga berkembang pemikiran dan teknik bermainnya.

IDX (foto: ko in)

Bukan bermaksud menakut-nakuti berinvestasi di dunia saham. Tetapi mengajak bersikap skeptis terhadap semua indikator di pasar saham.

Termasuk rumor, istilah mentereng untuk hoaks yang berseliweran di lantai bursa. Informasi positif sebuah emiten atau saham di media massa, tidak secara otomatis menaikkan harga saham. Bisa jadi, kebalikan arah.

Sebagai investor yang telah melewati masa puber pertama. Adakalanya iri dengan sebagian orang yang beruntung sebagai new comer. Pengalaman dan pengetahuan saham, boleh dibilang minim. Tetapi berhasil membeli kendaraan bermotor dari keuntungan transaksi saham, dalam tempo singkat. 

Bagaimana ini terjadi ? Jangan kaget. Memang begitulah pasar saham. Sayangnya tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama, di tempat ini.

Warren Buffett (foto:observer.com)

Investor kawakan Warren Buffett dan Lo Kheng Hong, mungkin sependapat dengan saya. Tidak mempercayakan diri pada faktor keberuntungan semata.

Lo Kheng Hong (foto: cnb Indonesia)

Apalagi mempercayai pengamat saham dadakan di medsos, berlagak seperti pakar memberi analisa terhadap pergerakan saham. Walau isinya cuma kutip sana-sini, berita dari media massa atau mencuplik kata para pakar ekonomi. Kemudian di tulis ulang di blog atau medsosnya.

Apakah "pengamat" ini punya rekening di salah satu sekuritas? Pernah bertransaksi? Atau mereka peramal yang dapat dengan tepat, melihat sebuah peristiwa sebelum terjadi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline