Hidup itu indah, hidup itu cantik dan hidup itu memukau. Hidup bukan rutinitas, bukan pula sekedar menjalankan peran yang harus dilakoni dari hari ke hari. Mulai matahari terbit sampai tenggelam, demikian berulang esok dan keesokannya lagi.
Hidup itu lebih dari sekedar hadiah atau pemberian tetapi karunia yang patut disyukuri dan tidak tergantikan oleh apapun. Maka dalam menjalani kehidupan mesti ada rasa terima kasih atau syukur yang tidak ada habisnya.
Sebagaimana ada pada diri Nana pemilik Nanamia Pizzeria, yang selalu nampak gembira, bersahaja, murah tawa dan senyum. Terlihat dari sudut matanya yang kerap menyempit, saat terdengar tawa riangnya saat bertemu dengan kami walau mulutnya tertutup dengan masker.
Keramahannya tidak berkurang walau sekitar tiga tahun, saya tidak bertemu dengannya. Perjalanan membangun Nanamia Pizzeria selama 13 tahun, hingga seperti sekarang tidak mengurangi sifat rendah hati. Obrolan saya dengan Nana bersama Kompasianers Jogja lainnya, terasa hangat dan penuh keceriaan.
Apalagi saat suaminya masuk ke salah satu toko barunya yang menyediakan bahan pangan kebutuhan sejenis untuk makanan khas Itali. Letaknya bersebelahan persis dengan resto Nanamia Pizzeria di Jl. Mozes Gatotkaca, Gejayan, Yogyakarta.
Melihat saya, suami Nana langsung menyebut nama saya dengan jelas. Dalam hati, saya mengagumi daya ingatnya. Padahal saya memakai masker. Tampilan Matthias masih nampak gagah seperti tiga tahun lalu.
Suasana pun bertambah ramai. Keramahan dan keceriaan semakin menghangatkan perbincangan kami. Matthias dan Nana adalah pasangan yang melahirkan Nanamia Pizzeria dengan pizza khas yang tipis. Otentik seperti dari negeri asalnya. Bahan bakunya didominasi oleh bahan impor.
Bukan untuk gaya-gayaan atau jaim alias jaga image tetapi untuk menemukan cita rasa yang khas. Seperti pizza Italia, apalagi Matthias sudah melalang buana ke berbagai negara dan memiliki pengalaman sebagai juru masak atau chef di berbagai negara. Jadi mengerti benar bagaimana pizza Italia itu semestinya.
Bahan baku asli Indonesia bukannya jelek tapi kadar air atau tingkat keasamannya terlalu tinggi sehingga sulit untuk memperoleh cita rasa yang diinginkan sebagaimana cita rasa pizza dari Italia.
Hal itu disampaikan oleh Juli Ristanto Head of Food and Beverage Nanamia Pizzeria awal September 2020 di resto pizza Nanamia Pizzeria Gejayan yang letaknya tidak jauh dari kampus-kampus ternama di Yogyakarta.
Kelebihan pizza dengan rasa otentik ini terletak pada upaya menghasilkan cita rasa yang khas tanpa bumbu masak atau michin atau MSG dan tanpa bahan pengawet.