Lihat ke Halaman Asli

Ko In

TERVERIFIKASI

Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Gara-gara Dua Nasi Bungkus

Diperbarui: 5 Mei 2020   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah nasi bungkus dari donatur (foto:ko in)

Suara azan magrib sudah dua tiga menit berlalu. Nasi bungkus dari para donatur yang terkumpul di Komunitas Kobar Peduli dan harus dibagi-bagikan. Yang saya bawa tinggal dua bungkus. Jalan Palagan Tentara Pelajar sudah mulai sepi, semakin ke Utara jalan semakin naik dan semakin sepi dari lalu lalang kendaraan. Apalagi sudah waktunya berbuka puasa.

Mendekat persimpangan Balong, Donoharjo, Ngaglik, Sleman nampak seorang bapak yang usia mungkin sudah lebih 60 tahun. Menuntun sepedanya. Pikiran ini langsung menebak bapak itu tidak mampu menaiki sepedanya karena jalanan menanjak. Memang tidak begitu tajam sudut ke miringannya. 

Untuk usia seperti bapak tersebut jelas akan menguras tenaga dan butuh nafas panjang. Sebab setiap kali melihat para gores, penyepeda yang setiap akhir pekan menempuh jalan tersebut saja, terlihat muka-muka kelelahan. Apalagi bapak tersebut yang sudah tua apalagi berdirinya sudah tidak tegak.

Dengan sedikit membungkuk bapak itu menuntun sepeda jengkinya. Jenis sepeda yang populer di tahun 80an. Apalagi lampu penerangan semakin minim di jalan yang berjarak sekitar 15 km dari puncak Merapi.

Dalam hati, diri ini bertanya dalam hati. Saat jalan sepi, orang-orang sedang berbuka puasa karena azan magrib sudah berlalu beberapa menit lalu. Mengapa bapak ini masih berjalan sambil menuntun sepedanya di jalan raya ? Langsung terpikir bapak ini pasti belum makan atau buka puasa. Kalau saya memang tidak puasa, wajar jika masih ada di jalan.

Jl.Palagan TP saat siang (foto:ko in)

Saya mendahuluinya, kemudian berhenti tidak jauh di depannya. Dengan perhitungan saat memberikan nasi bungkus saya tidak perlu berjalan jauh ke arah bapak tersebut. 

Walau dalam hati sudah menebak bapak ini belum buka puasa. Sebagai basa-basi saya menanyakan ke bapak tersebut.

"Bapak sudah buka...?" tanya saya.

"Belum..." jawabnya singkat. Kemudian saya sodorkan dua nasi bungkus. Saya yakin saat mendekatinya, dia tidak melihat saya membawa nasi bungkus. Karena jalannya banyak menunduk ke bawah melihat jalan.

Alhamdulillah

Sambil menyodorkan dua bungkus nasi bungkus yang saya bawa dari donatur, saya menyampaikan kalimat singkat. "Ini untuk buka, pak."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline