Hidup ini memang rumit, keras, perih, pedas dan kadang tidak bersahabat. Makanan enak pun menjadi terasa hambar, manakala berbagai persoalan membelit. Ada sebagian orang mencoba melupakan sejenak kepedihan hidupnya, dengan makan serba pedas atau ngemil apa saja yang bisa dimakan.
Atau barangkali ada yang suka makan Sate Merah yang cukup pedas, caranya pesan lewat abang ojek on line. Supaya saat makan Sate Merah di rumah atau tempat kost, tidak terlihat orang lain. Manakala sampai mengeluarkan air mata dan bebas dikatain, "Halau...."
Selasa sore awal Februari 2020, bersama beberapa rekan Kompasianerjogja (Kjog) diundang Febian Budi pemilik kedai Sate Ratu untuk cipicip Sate Kanak yang telah memenangkan kompetisi "Ngulik Rasa" oleh Unilever Fusion Food di Jakarta, bulan November tahun lalu.
Sate Kanak, menurut Febian Budi pemilik resto, warung atau kedai Sate Ratu yang berada di kompleks Jogja Paradise Food Court, Jl. Magelang Yogyakarta. Tidak terlalu pedas sehingga memungkinkan anggota keluarga yang tidak suka pedas bahkan anak-anak dapat menikmati menu Sate Kanak, sajian Sate Ratu. Selain Sate Merah dan Sate Lilit.
Walau rasanya tidak begitu pedas dan merupakan "anak" dari Sate Merah, yang kelahirannya dibidani sendiri langsung oleh Fabian Budi. Rasanya tidak jauh beda dengan Sate Merah.
Budi menjelaskan untuk menyiapkan "kelahiran" Sate Kanak, jauh-jauh dari Yogya sudah mempersiapkan peralatan "kelahiran" Sate Kanak, berupa alat panggang yang dibawa langsung dengan pesawat. Bayangkan betapa besarnya barang bawaan tersebut harus di bawa ke Jakarta, dengan pesawat udara.
Fabian Budi ternyata juga membawa kipas tangan dari Yogya. Penjelasan itu membuat tawa sebagian Kjogs. Bahkan ada yang nyelethuk, "Wah, jimat nih....". Selasa sore itu yang diwarnai hujan tidak merata di sejumlah tempat di Yogya menjadi hangat. Walau satenya belum tersaji di meja karena harus menunggu untuk di panggang.
Saat berangkat ke Jakarta, Budi belum menyiapkan nama untuk produk baru sate yang dilahirkan. Pemberian nama berjalan begitu saja, spontan karena tuntutan kompetisi. Ternyata Sate Kanak dapat meluluhkan hati para juri di kompetisi "Ngulik Rasa", termasuk lidahnya.
Sehingga Sate Kanak dapat mengalahkan peserta lain dari berbagai daerah untuk kategori peserta sate. Sehingga sang bidan pulang ke Yogyakarta dengan mengantongi uang Rp 50 juta. "Anak". Eh, kerja keras memang membawa rejekinya sendiri.
Demikian pula lidah saya yang tidak begitu menyenangi pedas. Seperti mendapat menu pilihan dengan kelahiran Sate Kanak, November tahun lalu. Dan yang istimewa ternyata menu Sate Kanak baru 10 hari launching di Yogya dan saya menjadi salah satu orang dalam rombongan yang beruntung untuk mencicip. Sebelum umurnya menginjak "selapan" atau sebulan dalam bahasa Indonesia.
Sore itu saya berkesempatan pula untuk membandingkan rasa Sate Kanak dan Sate Merah. Satu piring berisi enam tusuk sate. Tiga Sate Merah dan tiga lainnya Sate Kanak, ditambah nasi dan sup atau kuah kaldu ayam.