Pendidikan itu artinya mengajak dan mengajar seseorang untuk menjadi lebih bermartabat dan beradab. Menjadikan seseorang jujur, berbudi dan rendah hati. Terbuka terhadap kritikan dan koreksi serta bersedia mendidik diri, memberi teladan bagi masyarakat dan orang disekitarnya.
Pendidikan tidak sebatas mewajibkan seseorang menempuh jenjang pendidikan tingkat dasar atau tingkat lanjut dan tingkat tinggi. Memulai pendidikan itu melakukan pengelolaan pendidikan di tiap satuan pendidikan. Artinya, memulai pendidikan dari kelompok layanan pendidikan sesuai jalur yang berbentuk formal, nonformal atau informal.
Sebagaimana Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan formal dan non formal pelaksanaannya secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal pelaksanaannya dimulai dari keluarga serta lingkungan.
Dengan demikian pengelola pendidikan, baik kepala sekolah dan kepala keluarga mesti memiliki visi pendidikan yang komperehensif dalam proses edukasi di sekolah atau keluarga.
Tiga raksasa
Seorang pemimpin dalam konteks pendidikan menurut Robert J. Starratt , seperti sosok tiga raksasa yang periang. Seorang raksasa yang mengajarkan gelak tawa, raksasa lain mengajarkan pengampunan dan raksasa yang lain lagi mengajarkan imajinasi.
Robert J. Starratt, profesor dari Fordham University, New York yang berminat dalam bidang kepimpinan, kurikulum dan pengembangan sumberdaya manusia. Memiliki pandangan terkait pelaksanaan pendidikan yang harus berviri visioner. Tanggap perubahan dan tanggap akan permasalahan lingkungan.
Pemimpin, kepala sekolah, guru, kepala rumah tangga atau orang tua diharapkan memiliki kemampuan membangun kedekatan, suasana riang dan gembira agar setiap didikan mudah dicerna dan diterima oleh peserta didik atau anggota keluarga.
Setiap anggota keluarga dapat membangun kedekatan dan keakraban dalam mengajar. Mendidik banyak hal tanpa harus menjaga imej atau jaim. Jaga status, karena peran orang tua bukan hanya sebagai pemimpin keluarga tetapi juga pengayom, memberi rasa aman serta menjadi teman atau sahabat bagi anggota keluarga.
Kepala sekolah dan guru memahami kapan berperan menjadi orangtua dan sebagai guru. Kapan berperan menjadi orang tua. Kapan menghidupkan suasana kelas dengan canda dan gelak tawa agar siswa tidak bosan atau jenuh saat menerima materi pelejaran.
Para pendidik di satuan pendidikan formal juga kreatif dalam memberikan hukuman yang berujung pemahaman, bahwa hukuman itu bukan derita fisik atau psikis. Melainkan sifat belas asih karena hukuman dan pengampunan didasari oleh kasih. Agar anak didik memiliki sikap rendah hati dan menghargai.