Sebagian orang mengecilkan arti pentingnya mengkonsumsi kentang sebagai bahan makanan utama. Padahal kandungan nutrisi kentang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dibanding nasi dan gandum.
Celakanya dari tahun ke tahun negeri ini tidak lepas dari impor beras dan berusaha untuk swasembeda beras guna memenuhi kebutuhan pangan sebagian warganya, yang susah untuk beralih dari nasi sebagai bahan makanan utama.
Negeri ini termasuk negara yang bergantung kepada negara lain terkait dengan kesediaan beras dan tepung terigu atau gandum. Jadilah negeri ini, negeri yang tidak mandiri ditambah dengan pola makan yang kurang sehat karena terlalu banyak mengkonsumsi beras dan gandum.
Beras atau nasi memiliki indeks glikemik tinggi dibandingkan dengan kentang. Indeks glikemik adalah ukuran dimana suatu makanan mampu meningkatkan kadar gula dalam darah. Nasi putih memiliki indeks glikemik antara 86 sampai 89, nasi merah 55, roti gandum 71 dan kentang ada di bawahnya.
Naiknya kadar gula dalam darah terjadi, menurut beberapa riset salah satunya karena tidak sarapan. Jika tidak makan pagi kadar gula akan naik setelah makan siang. Menu sarapan yang kaya protein dan lemak sehat sebenarnya mampu menjaga kadar gula dalam darah sepanjang hari.
Penyebab lain tingginya kadar gula dalam darah, makanan yang mengandung kadar lemak tinggi, kurang tidur, kebiasaan merokok, dehidrasi dan pemanis buatan.
Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat mengakibatkan penyakit diabetes, dan rusaknya beberapa organ saraf dan pembuluh darah kecil di mata, ginjal serta jantung. Dapat pula menyebabkan sakit kanker pankreas, darah tinggi serta asam urat.
Indeks glikemik pada nasi putih dengan ukuran angka yang cukup tinggi, harusnya menyadarkan kita untuk mulai beralih pada makanan seperti jenis umbi-umbian yang indeksnya di bawah nasi putih, sebagai makanan pokok. Apalagi umbi mudah tumbuh dan dibudidayakan.
Maka dari itu usaha swasembada beras atau impor beras sejatinya tidak menyehatkan tubuh rakyat Indonesia dan tidak menyehatkan perekonomian Indonesia.
Sebagai gambaran data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, impor beras Indonesia selama 15 tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2015 mencapai 15,39 juta ton beras. Dana yang di keluarkan untuk melakukan impor beras mencapai 5,83 miliar dollar atau sekitar Rp 78,70 trilyun.
Tahun ini Indonesia melakukan impor beras dari Vietnam dan Thailand, sebanyak 500 ribu ton, setelah tahun 2016 dan 2017 tidak melakukan impor.