Setiap orang membutuhkan rasa hangat diterima dilingkungan dimana dirinya berada. Merasa aman, nyaman dan tentram. Merasa mendapat cinta. Mereka yang sedang sensitif karena merasa tidak enak badan dan hati, terbantu mengembalikan moodnya manakala mendapat kehangatan baluran minyak kayu putih dari orang terdekat atau orang tercinta.
Dari generasi ke generasi, hangat minyak kayu putih dan sentuhan lembut dari orang tercinta. Memberi dampak positif secara fisik dan psikologis bagi yang sedang bermasalah dengan tubuh dan suasana hatinya. Tambahan aroma, di minyak kayu putih Cap Lang memberikan efek menenangkan untuk mereka yang butuh perhatian dan kasih sayang lebih dari biasanya.
Anak kami tiga, walau sudah beranjak dewasa mereka tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Dua perempuan dan satu laki-laki. Sejak bayi mereka terbiasa merasakan baluran minyak kayu putih dari tangan mamanya. Ungkapan kasih sayang, tradisi tidak tertulis keluarga yang dilakukan istri, orang tua, sampai nenek ke anak-anaknya.
Kami belajar tentang ungakapan cinta yang tak terucap, termasuk dari tante atau bibi. Mereka biasa membaluri saudara sepupu dengan minyak kayu putih usai mandi, manakala masih balita atau kanak-kanak.
Anak pertama kami lahir di tahun generasinya para Melenial. Nomor dua, adiknya laki-laki lahir tahun 1995. Nomor tiga, perempuan lahir tahun 1996. Mereka berdua menjadi bagian dari generasi yang dinamakan dengan generasi Z. Generasi yang memiliki banyak aktivitas yang sifatnya kreatif, ekspresif, independent dan luas jejaringnya di dunia maya dan dunia nyata.
Walau mereka beranjak dewasa dimata kami mereka masih tetap anak-anak. Mereka masih sering ledhek atau ejek satu sama lain. Khususnya antara si sulung dan adiknya nomer dua. Sementara si bungsu, cenderung pendiam dan menjadi penonton ketika kakaknya saling ledhek dan bertengkar.
Salah satu topik ledhekan atau ejekan, yang membuat kami tidak dapat menahan tawa, seputar minyak kayu putih yang dipakai anak nomor dua.
Singkat cerita, anak nomor satu mulai sering menolak dibalur minyak kayu putih oleh mamanya walau usianya saat itu masih duduk di bangku akhir Sekolah Dasar. Kecuali jika merasa tidak enak badan karena masuk angin atau pusing. Dia tidak protes manakala mendapat olesan atau baluran minyak kayu putih.
Berbeda dengan adik laki-lakinya, ketika memasuki usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Terbiasa membalur badannya dengan minyak kayu putih usai mandi. Suatu hari kakaknya mencium aroma minyak kayu putih yang begitu kuat saat berpapasan dengan adiknya yang akan berangkat sekolah.
Si sulung berkomentar sambil mencolek pipi adiknya, " Adek bayi, mau sekolah ya....?" sambil senyum-senyum. Tentu adiknya marah sambil mengibaskan tangan kakaknya. Sementara si bungsu yang melihat tingkah kedua kakaknya hanya senyum.
Walau sering mendapat ledhekan dari kakaknya. Kebiasaan itu masih dilakukan sampai menginjak usia ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Rupanya kakak dan adiknya mulai bersekutu mengejeknya, terkait kebiasaan memakai minyak kayu putih.