Pengalaman guru paling berharga. Kerokan atau kerikan buah pengalaman turun-temurun dari nenek moyang. Merupakan wujud sikap arif bagaimana nenek moyang menjaga badan tetap sehat tetapi tanpa menjadikan tubuhnya resisten atau melawan terhadap obat yang dikonsumsi.
Manakala gejala peyakit seperti masuk angin, pusing atau badan pegal menyerang. Mereka tidak terburu-buru untuk minum obat. Cukup dengan uang koin dan minyak klenthik atau minyak goreng, bahkan ada yang memakai minyak rambut untuk kerokan.
Waktu itu usia saya belum mencapai angka dua digit, wajar jika rasa ingin tahu sangat besar. "Ini apa Mbah..?, tanya saya waktu itu.
"Itu buat kerikan atau kerokan kalau badan simbah pegel atau masuk angin. Dikeriki pakai itu" jelasnya. Saya sering melihat mata uang jaman Belanda. Ada di tatakan gelas, dengan minyak klenthik atau minyak goreng.
Pernah saat di rumah simbah, saya merasa tidak enak badan. Dengan kesabarannya membujuk saya untuk dikerok. Walau sudah pelan, saya tetap protes merasa sakit. Kemudian simbah ngeroki saya dengan bawang merah sebagai gantinya.
Awalnya merasa aneh, kayak diri ini siap dimasak. Bau bawang merah mulai menyebar apalagi simbah meletakkan tepat di dekat kepala saya yang tidur telungkup.
Geli saat pertama kali dikerok ditambah dengan bau yang menyengat. Ingin rasanya hidung ini dibenamkan ke dalam bantal menghindari aroma bau bawang merah.
Kerokan demi kerokan terus berlanjut, rasa geli dikerok dengan brambang atau bawang merah membuat posisi tidur saya menjauhinya. Simbah tidak kalah cekatan untuk mengerok punggung walau kata geli berkali-kali keluar dari mulut saya.
Aroma bawang memenuhi kamar, serasa seperti di dapur manakala simbah masak. Ketika selesai, saya melihat punggung dari kaca lemari. Terlihat penuh dengan garis-garis tipis yang berbentuk seperti duri ikan.
Sambil meyelimuti badan saya dengan selimut, simbah berkata lirih dan menepuk pelan kaki saya."Wis, bobok....Engko nak tangi khan seger."
Simbah sudah pulang ke rumah yang abadi. Saya tahu dia sudah tiada namun saya tetap melakukan kebiasaan waktu kecil. Menyapa, "Simbah......"Membuka pintu kamarnya. Rindu akan senyum, sapaan, serta lembut tangannya saat menggosok punggung dan dada saya. Juga aroma bawang merah yang seolah tidak pernah hilang dari tangannya. Kehangatan cintanya selalu di hati.