Siapa sih yang gak tahu sapi. Dalam sebuah mitologi, sapi digambarkan sebagai kendaraan dewa. Hebat khan... Tidak heran jika kerap menjadi obyek dari sebuah karya seni.
Sungguh beruntung hidup di desa, ada tetangga yang memelihara sapi. Karena bisa mendengar suara lenguhan sapi . Terkadang pagi, siang dan malam hari. "Ngoooooo..............oookkk," suaranya keras, panjang. Dapat didengar dari jarak lebih dari 200 meter. Asyik juga kalau dijadikan ring tones.
Belum lagi suara kokok ayam, embikan kambing, burung dan sesekali gonggongan anjing. Sulit dicari duanya. Warna kehidupan desa yang tenang didominasi suara-suara yang alami. Seperti bunyi gesekan daun dan ranting pohon yang ditiup angin.
Sapi biasa digunakan untuk menarik pedati atau gerobak guna membawa hasil bumi. Dan menjadi bagian daya tarik pariwisata. Manakala gerobak dihias atau digambar dengan ornamen tertentu sehingga menarik wisatawan. Jangan kaget ya, kalau pas ke Jogja ada konvoi gerobak sapi.
"Bermain dengan sapi", saya lakukan sebagai salah satu cara dalam memecahkan persoalan teman-teman mahasiswa. Seperti masalah studi dan rasa percaya diri atau dengan orang terdekatnya. Kadang perlu memberi motivasi lewat permainan kecil. Agar mereka menjadi pemenang dalam menghadapi kehidupan.
Setelah berdiskusi atau ngobrol terkait masalahanya. Mereka saya minta untuk mewarnai gambar sapi yang sudah saya lipat menjadi dua bagian. Sehingga teman-teman mahasiswa baik dari program strata satu atau dua. Bebas memilih bagian depan atau belakang gambar sapi.
Saya biarkan mereka memberi warna sesuai dengan pilihan. Saya siapkan connector pens Faber-Castell yang berisi sepuluh warna. Alasannya praktis. Mudah dibawa kemana-mana karena saat mendengar keluh kesah teman-teman mahasiswa, dapat dimana saja. Tidak harus di ruang khusus. Tertutup lengkap dengan meja dan kursi.
Yang namanya ngobrol. Konsultasi terlalu keren. Dapat di kursi taman, salah satu sudut ruang perpustakaan. Kantin atau warung makan, pendopo, lesehan angkringan dan tempat lainnya. Intinya mahasiswa dapat mengekspresikan pikiran, gagasan atau perasaan lewat kata-kata atau coretan-coretan di atas kertas. Sekaligus mengeluarkan uneg-unegnya.
Lebih dari satu tahun belajar mendengar berbagai keluhan dari mahasiswa. Baik dari perguruan tinggi negeri atau swasta. Berasal dari Jawa atau luar Jawa. Rata-rata mereka memiliki masalah yang sama. Masalah dengan dosen. Yang sulit ditemui. Pendapat dan pemikiran dosen yang berubah-ubah. Atau tidak dapat berbicara di depan banyak orang. Sulit menyampaikan gagasan atau pikiran lewat tulisan. Konflik dengan keluarga, kekasih atau sulit mengelola uang kiriman dari orang tua.
Termasuk bingung mencari kerja sampingan untuk menambah uang saku. Karena uang kiriman orang tua tidak cukup untuk membiayai hidup sehari-hari di Jogja.
Tidak mudah memetakan inti persoalan dari tiap-tiap mahasiswa. Tidak jarang teman-teman mahasiswa pandai membalut masalah yang sebenarnya. Entah malu atau terlalu pandai. Agar lebih mudah menemukan esensi masalah. Biasanya saya sodorkan kertas bergambar sapi dan meminta mereka untuk memberi warna.