Suro Diro Jayadiningrat Lebur Dening Pangastuti. Ungkapan Jawa yang maknanya kira-kira seperti ini. Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut dan sabar.
Ungkapan yang penuh makna filosofis tersebut disampaikan Kapolda Daerah Istimewa Jogjakarta, Brigjen Ahmad Dofiri dalam acara Bincang Santai Membangun Budaya Positif dalam Bermedia Sosial (26/7) dengan sebagian blogger atau netizen (netcityzen) Jogja.
Acara yang berlangsung santai dengan diawali makan malam. Terasa benar-benar santai karena berlangsung di top roof sebuah hotel di Jogja. Sehingga sambil makan malam dapat menikmati langit yang ditaburi banyak bintang. Juga melihat kerlap-kerlip lampu-lampu kota di bawahnya.
Ungkapan Jawa yang dikutip Kapolda Jogja sangat sarat makna. Itu menunjukkan bagaimana pimpinan tertinggi kepolisian di Jogja menyikapi kontent di media sosial dengan cara yang persuasif. Mengedepankan edukasi serta kasih sayang. Tidak semata-mata yuridis atau hukum kepada mereka yang mengunggah informasi tidak benar di dunia maya atau medsos.
Dalam kesempatan itu Kapolda DIJ, Brigjen Ahmad Dofiri memberitahu bagaimana jajarannya menyikapi keadaan terkait maraknya informasi di dunia maya dimana tidak jarang polisi kerap di bully.
"Saya katakan kepada anggota jika di bully itu resiko kita main di dunia maya. Saya Kapolda dengan jajaran tenang saja. Jangan tipis telinga. Jangan sumbu pendek. Ini dinamika dan lambat laun kita bisa mengedukasi orang," kata Kapolda .
Ahmad Dofiri menambahkan bahwa literasi tidak harus dengan menulis. Tapi dengan bertemu seperti acara malam itu, semuanya dapat menjadi lebih jelas. Sebagai contoh di medsos pernah ditulis polisi minta uang seribu rupiah, dua juta. Bahkan ditulis Kapolda meminta uang empat juta dan ada yang menulis dua belas juta setengah rupiah.
Namun setelah ketemu dengan penulis dan minta menjelaskan, yang bersangkutan sadar bahwa apa yang ditulis tidak benar. Dan mereka-mereka yang menulis berita tidak benar akhirnya menyadari kesalahannya.
Walau demikian Kapolda merasa sangat terbantu dengan informasi yang kerap di sampaikan oleh komunitas netizen (netcityzen) yang ada di Jogja. Dimana anggota (polisi) belum tentu mendapatkan informasi tetapi komunitas-komunitas tersebut sudah terlebih dahulu menyampaikan berbagai macam informasi ke pihaknya. Bahkan informasi tersebut tidak jarang lebih banyak daripada yang disampaikan anggotanya..
Sayang sekali contoh kerendahan hati seorang pimpinan yang ditunjukkan Kapolda pada malam itu. Belum menumbuhkan kesadaran dan menjadi teladan serta panutan bagi sebagian netizen yang hadir. Sebagai tamu yang diundang. Mestinya dapat menjaga kesantunan bukan malah menjadi pembicara tandingan. Asyik ngobrol dengan sesama netizen atau sesama komunitasnya yang hadir.
Atau dengan congkak menyebut dirinya sebagai "edvan user"manakala mendapat kesempatan untuk bertanya dan menanggapi apa yang telah disampaikan pembicara.