Lihat ke Halaman Asli

Ko In

TERVERIFIKASI

Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Jogja dan The Power of Ngobrol

Diperbarui: 24 April 2017   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia modern mengalami kerinduan akan hakekatdirinya sebagai manusia yang membutuhkandialog secara faktual lewat sapaandalam percapakan atau obrolan. Ngobrol tentang sesuatu yang remeh sampai yang membuat kening berkerut. Semua dapat ditemukan di Jogja

Dudukdicafe-cafebersama kawan dalam suatu komunitas atau kelompok sekedar ngobrol tidak tentu arah untuk melepas kepenatan kerja sehari. Atau melepas kangen dengan sahabat yang lama sudah tidak bertemu sambil menikmati minuman hangat jahe, secangyang airnya merah, wedang uwuhatau kopi.

Ngobrolbisa dimana saja tidak harus di ruangan khusus, lengkap dengan alat-alat penunjang untuk sebuah diskusi. Tetapibisa terjadi di pinggir jalan saat bertanya alamat atau arah tempat yang mendapat jawaban ramah dan niat tulus membantu dari warga Jogja.

Warung angkringan adalah surga bagi sebagian orang di Jogja.

Karena di angkringankebutuhan dasar manusia yang ingin selalu membangun relasi antar sesamanya lewat dialogatau obrolan dengan langsung bertatap muka.Dapat ditemukan di angkringan.

Perjumpaan dengan sesamamenjadikan diri berartidalam hidup yang penuh dengan masalah.Di angkringan, cafe, dan tempat ngobrol lainnya pengalaman hidup yanggetir sampai yang lucu dan membahagiakanakan keluar dengan sendirinya dalam suasana penuh ke akraban.

Pelaku industri wisata di Jogja patut merasa gembira ditengah perubahan perilaku sebagian masyarakat dalam berkomunikasi lewat gadgetatausmatphone yang membuat komunikasi antar manusia tidak harus dituntut bertatap muka secara fisik.Yang menjadikan mereka merasa terasing dan teralienasi dalam menyikapi teknologi .

Masih adaorang yang menyadari hahaket diri sebagai manusia yang membutuhkan keberadaan orang lainsecara fisik saat berkomunikasi.Tidak cukup dengan bahasa teks dan menajamkan telingauntuk mendengar kata-kata dari lawan bicara dismartphonenya.

Wisatawan manca negara mulai menyadari kebutuhan untuk berdialog secara humanis. Menggambarkan citra manusia yang beradab, santun dan bersahaja. Itu ditemukannya di Jogja.

Jogjamengakomodasi kebutuhan itu. Tidak hanya di warung angkringan, cafe-cafe atau di Malioboro. Tetapi di dalam bus kota, di pasar tradisional, di terminal atau stasiun saat menunggu kereta apai atau bus. Dimana pun anda berada di Jogja, orang Jogja enak untuk diajak ngobrol.

Sebagaimana disampaikan Imam Pratanadi Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Jogja.Dari hasil kajian terkait pariwisata Joglosemar (Jogja, Solo dan Semarang). Wisatawan mancanegara usai mengunjungi Borobudur selalu kepingin ke Jogja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline