Lihat ke Halaman Asli

Ko In

TERVERIFIKASI

Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Cinta, Mangkok Merah dan Peace Ajinomoto

Diperbarui: 19 Februari 2017   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto:www.ajinomoto.com

Berbicara masakan sesungguhnya berbicara tentang cinta. Aktivitas memasak sejatinya adalah perwujudan dari rasa cinta. Ungkapan cinta dan sayang mewujud dalam sebuah makanan dengan rasa yang sulit disebutkan apalagi mencari padanan katanya. Ekspresi wajah yang mampu menggambarkan tentang kenikmatan dan enaknya masakan yang tengah disantap.

Melihat lahapnya anggota keluarga yang menikmati masakan saat makan adalah kebahagian tersendiri bagi orang yang memasak, karena memasak bentuk ungkapan cinta serta kasih sayang.

Memasak aktivitas yang sarat dengan sentuhan rasa cinta. Walaupun sama dari sisi bahan, bumbu dan cara pengolahan serta penyajian namun hasilnya atau rasanya akan selalu berbeda dan tidak pernah sama antara satu orang dengan yang lainnya. Masakan sop kacang merah atau snereg dengan daging sapi buatan ibu menurut lidah saya merupakan sop snereg yang paling enak. Masakan sop snereg istri belum mampu menyaingi lezatnya masakan ibu demikian pula masakan sop snereg dari ibu mertua.

Namun untuk opor ayam, masakan istri rasanya paling lezat dibanding masakan ibu dan ibu mertua.  Sementara ibu mertua paling jago rasanya dalam memasak sayur sambal goreng tahu dengan krecek. Sementara untuk dadar telor dengan cabe, lidah saya mengatakan masakan nenek yang paling enak dan sulit untuk dicari duanya.

Walau saya sudah puluhan kali membuat dadar telor dengan cabe merah uleg untuk keluarga dengan berbagai cara serta tambahan penguat rasa atau bumbu masak yang dikenal dengan nama moto, vitsin dan ada yang menyebut micin atau MSG (Monosodium Glutamate). Sepertinya tidak pernah bisa menyamai enaknya gorengan dadar telor dengan campuran cabe merah uleg buatan nenek.

Padahal ketika mereka memasak saya mengamati cara mereka manambakan sedikit moto dalam tiap masakannya. Jumlah atau ukurannya itu yang sulit dipastikan, kadang seperempat sendok teh atau hanya seperti menyentuhkan ujung sendok teh ke dalam kemasan penyedap rasa atau moto. Tetapi rasa masakannya tetap sulit untuk ditiru.

Masih teringat jelas bagaimana nenek menambahkan sedikit moto saat mencampurkan cabe merah uleg dengan telor ayam atau telor bebek. Tentunya moto waktu itu bukan moto cap mangkok merah yang kemudian populer dengan nama Ajinomoto. Kenangan indah saat kanak-kanak bersama nenek di dapur waktu menggoreng telur dengan tungku yang terbuat dari tanah liat dan bahan bakar kayu terjadi di awal tahun 1970. Waktu itu usia baru sekitar lima tahun.

Sebutan Ajinomoto nampaknya sengaja lebih ditonjolkan daripada sebutan mangkok merah karena di beberapa daerah dan tempat, nama tersebut mempunyai arti khusus tersendiri. PT. Ajinomoto Indonesia baru berdiri pada tahun 1969 di Jakarta dan mendirikan pabriknya di Mojokerto Jawa Timur di tahun 1970. Sementara rumah nenek berada di salah satu desa di Jawa Tengah, sepertinya pemasaran atau marketing produk jaman dulu belum seluas dan secepat sekarang

Dan nenek menyimpan sisa moto atau bumbu masak bukan di almari atau tempat khusus aneka macam bumbu tetapi cukup menyelipkannya diantara anyaman dinding dapur yang terbuat dari anyaman bambu bersama pisau, parut dan suthil atau alat penggoreng. Bahkan dinding dapur menjadi tempat untung menggantungkan dhandang alat untuk memasak nasi, wajan tempat untuk menggoreng makanan dan kawan-kawannya yang menjadi hiasan khas dapur nenek yang tidak akan pernah ditemui lagi saat ini.

Liburan di rumah nenek menjadi hal yang wajib saat liburan sekolah walau usia sudah meranjak remaja dan itu mengingatkan pada bakso langganan yang hampir setiap hari selalu lewat di depan rumah nenek antara pukul 12.30 sampai pukul 13.30.       

Jangan ditanya berapa mangkok bakso yang bisa dihabiskan dalam seharinya. Malu saya untuk mengakuinya. Semua karena rasa bakso yang sungguh enak dan dengan sabar menunggu penjual bakso meraciknya dalam mangkok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline