Lihat ke Halaman Asli

Kognisi.id

TERVERIFIKASI

Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

"Haruskah Saya Resign?" Tanyakan 7 Pertanyaan Ini Pada Diri!

Diperbarui: 30 Oktober 2023   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.kognisi

Pada tahun 2021 hingga akhir pandemi di tahun 2022, fenomena The Great Resignation terjadi. The Great Resignation adalah fenomena ketika pekerja secara bersamaan resign dari pekerjaannya. Awalnya, istilah ini lahir dari fenomena yang terjadi di Amerika Serikat, di mana sekitar 50 juta pekerja memutuskan untuk resign menurut data U.S Bureau Labor Statistics.

Survei yang dilakukan oleh Robert Walters di negara Asia Tenggara termasuk Indonesia juga menunjukkan bahwa sekitar 79% orang mempertimbangkan untuk resign dari pekerjaannya. Namun, yang terjadi adalah 42% tidak melakukannya karena berbagai alasan.

Memutuskan untuk resign memang bukan perkara yang mudah. Pasalnya, dari penelitian terbaru Paychex menguak bahwa 80% pekerja yang resign saat The Great Resignation di Amerika Serikat mengaku menyesal.

Nah, jika pernah terlintas di benak kamu "Haruskah saya resign?" dan merasa bimbang, percayalah kamu tidak sendirian. Oleh karenanya, demi memahami kebutuhan diri, kamu butuh ngobrol terlebih dahulu dengan dirimu.

7 Pertanyaan untuk Diri Sendiri Saat Ingin Resign

1. Apa alasan kuat saya untuk resign?

Dalam pengambilan keputusan yang rasional, aspek alasan adalah yang terpenting. Untuk menjawab pertanyaan ini, kamu bisa mengambil secarik kertas dan menuliskan alasan-alasan yang berada di benak. Jangan khawatir, kamu tidak harus menetapkan satu alasan saja, melainkan bisa sejumlah alasan yang memang kamu rasakan meskipun kamu rasa itu sepele.

Pada dasarnya, alasan untuk resign memang beragam. Berdasarkan survei jajak pendapat di 2022, mayoritas Gen Z memilih ketidaksesuaian gaji sebagai alasan. Tetapi, ada alasan-alasan lain yang juga menarik untuk dilihat yaitu rekan kerja yang toxic, tidak memiliki jenjang karir, bahkan hingga tidak adanya work-life balance.

Alasan ini juga mungkin kerap kali muncul di benakmu tetapi berakhir diabaikan dan tidak ter-justifikasi. Dengan menulis alasan kuat untuk resign, kamu menjustifikasi alasan tersebut yang nantinya bisa kamu pertimbangkan lebih dalam, apakah alasan-alasan ini mengganggu kesejahteraan diri yang sifatnya destruktif atau merugikan?

2. Apakah saya sudah melakukan yang terbaik?

Berada di kondisi yang tidak ideal dapat berdampak pada performa pekerjaanmu. Berbagai alasan yang kamu rasakan untuk memilih resign juga akan mempengaruhinya. Namun, sebelum memutuskan untuk resign, akan sangat baik bila kamu bertanya pada diri, apakah kamu telah mencoba usaha terbaik untuk mengatasi kendala yang kamu rasakan?

Misalnya, dengan melakukan komunikasi asertif dengan tim yang menurutmu toxic, atau mencoba metode baru dalam bekerja untuk mengatasi kejenuhan dan menantang perkembangan dirimu? 

Jika kamu sudah melakukan yang terbaik dan tidak ada kendala yang teratasi, mungkin saatnya mencari tempat yang baru.

3. Adakah ruang dan kesempatan untuk saya berkembang di sini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline