Gw sempat kaget sewaktu mengetahui Kedelai sebagai bahan baku tempe rupanya selama ini kita impor dari USA, ladalah iki kipriye pak Juragan? katanya negara ini negara Agraris kok bisa-bisanya kita impor bahan baku yang sebenarnya melimpah dinegeri ini?Ga cukup apa mesti impor beras dari Thailand dan Vietnam? Trus tu Pejabat-pejabat yang membawahi pertanian ngapain aja? waduh cilaka dua belas kalo begini cara nya, Ini mah sama saja dengan Mengaku negara Maritim tetapi kenyataan nya kita impor ikan dari China.
Dan yang lebih buat gw terkaget-kaget rupanya bukan cuma soalan Kedelai dan Beras saja yang mesti kita Impor, rupanya Singkong pun sudah masuk ke Standar Internasional, waduh masa iya kita juga mengimpor singkong (ketela pohon) ? lha singkong kan makanan nya Kawula Alit, yang benar saja boz? Coba sampean baca data ini Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari Januari hingga Juni 2011, Indonesia mengimpor ubi kayu dengan total 4,73 ton dengan nilai 21,9 ribu dolar AS. Negara Italia merupakan negara dengan nilai terbesar yaitu 20,64 ribu dolar AS dengan berat 1,78 ton. Sedangkan Cina merupakan negara penyuplai ubi kayu impor terbesar yaitu 2,96 ton dengan nilai 1.273 dolar AS. Sedangkan data BPS pada bulan April dan Mei 2012, sebanyak 5.057 ton singkong asal China dengan nilai US$ 1,3 juta masuk ke Tanah Air. Pada Mei impor singkong dilakukan dari negara Vietnam. Sebanyak 1.342 ton singkong dengan nilai US$ 340 ribu masuk ke Indonesia. Walah ini sudah ga bener ini, masaiya Singkong sebagai bahan pembuat Gaplek alias makanan favorit nya Kawula Alit pun mesti didatangkan dari Amerika, Italia, China dan Vietnam? Lah yang di Ekspor apaan Pak? Ekspor Koruptor ke Singapore atawa Ekspor Babu-babu ke negeri Jiran? Waduh ga bisa koment apa-apa dah buat bapak-bapak yang terhormat kalo begini caranya, gw hanya bisa beri tepok gemuruh saja buat Petinggi-petinggi kita yang ada di Jakarta.
Dah selesai?
Belum selesai Pak mas bro dan Buk mbak sis, ni soalan ga hanya berhenti pada soal Kedelai, Singkong dan Ikan saja ni soalan sudah merambah ke soal Garam, Daging ayam dan Teh juga. Sampean semua nyadar ga jikalau tu Garam yang buat muka kita semua nampak asin didatangkan langsung dari Australia, India, Singapura, Selandia Baru dan Jerman? Mungkin ini berita basi, tapi impor garam dengan nilai jutaan dolar merupakan bukti nyata ketidak berfihakannya pusat terhadap nasib Kawula alit pemakan singkong itu, apa ga edan tuh? Dan nilai nya pun ga tanggung-tanggung, dari Australia mencapai 53,7 juta dolar AS, India 39,84 juta dolar AS, Ada juga dari Singapura, Selandia Baru, Jerman sehingga total impor garam sampai Juni 2011 mencapai 1,8 juta ton dengan nilai 95,42 juta dolar AS. Nah loe, dah puas belom? Kalau belom puas, nih gw beri lagi info tentang Daging ayam yang didatangkan langsung dari Malaysia, tu Daging ayam kesukaan nya Upin dan Ipin menurut ceritanyadidatangkan langsung dari Jiran sebelah mencapai 9 ton dengan nilai 29,24 ribu dolar AS. Luar biasa perhatian Pemerintah terhadap Rakyat nya, semuanya serba impor demi menjaga Kualitas SDM yang mampu bersaing di Dunia Internasional, Salute.
Karena dirasa masih kurang demi menjaga kesehatan dan kualitas hidup rakyatnya bukanlah sesuatu yang salah jikalau Petinggi-petinggi kita di Jakarta merasa perlu untuk mendatangkan Teh kualitas terbaik dari Vietnam, Kenya, Argentina, India, China dan lain nya sebanyak 6,54 ribu ton yang nilai nya mencapai11 juta dolar AS selama enam bulan pada tahun ini , Ck, ck,ck.
Gw Cuma bisa geleng-geleng kepala, ga habis pikir betapa besar nya perhatian Pemerintah Republik Indonesia ini terhadap Rakyat nya sampai-sampai Kedelai, Singkong, Ikan sampai Garam pun haruslah berstandar Internasional
Cuma satu kata Luar Biasa
[caption id="attachment_196473" align="alignnone" width="642" caption="serba unik.com"][/caption] Nah kalau Pak mas bro dan Buk mbak sis masih saja teriak-teriak Cintai Produk dalam Negeri, gw Cuma bisa nitip pesan “Kalau mau makan sampean mesti makan rumput, karena rumput lah yang asli Produksi dalam negeri yang lain nya impor”.
~ salam ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H