Lihat ke Halaman Asli

Kodariyah Nurhayat

Konselor-Trainer-Terapis Psikologi

Mengalami Overthingking? Ini Cara Menghadapinya

Diperbarui: 2 Juni 2024   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengalami Overthingking ? Ini Cara Menghadapinya

Pikiran kita bekerja setiap saat hampir tidak pernah berhenti. Silih berganti pikiran-pikiran tersebut muncul kadang tak mampu kita bendung. Kadang membuat lelah jika kita tak mampu mengelolanya. Bahkan memunculkan masalah serius jika dibiarkan, seperti insomnia, migrain, kecemasan, bahkan stres dan depresi. Kenapa? Dalam jurnal ilmiah berjudul A neuro-metabolic account of why daylong cognitive work alters the control of economic decisions yang dipublikasikan di Current Biology, disebutkan bahwa berpikir keras selama lebih dari 6 jam menyebabkan penumpukan glutamat pada korteks prefrontal otak.

 

Glutamat merupakan molekul yang terlibat dalam pembelajaran dan memori. Ini dapat menjadi racun buat otak. Kelelahan merupakan bentuk adaptasi untuk mengurangi akumulasi glutamat. Dengan kata lain, perasaan lelah itu bisa menjadi cara otak untuk menyuruh kamu berhenti bekerja, supaya kadar glutamat tidak naik lebih tinggi.

Apa itu overthingking?Overthingking adalah memikirkan atau mempertimbangkan sesuatu secara berlebihan atau berulang-ulang. Orang yang suka overthingking cenderung suka menganalisis segala sesuatu secara berlebihan, berfikir antisipasi yang berlebihan, dan pikiran waspada yang berlebihan yang pada akhirnya melahirkan kecemasan dan kelelahan.

Apa penyebab overthingking? Diantara penyebab overthingking adalah :

1, Kekhawatiran akan masa depan. Seringkali overthingking muncul saat memikirkan masa depan yang belum pasti. Ketika tidak diberengi oleh mindfulness menempatkan diri dan hidup dimasa kini dan saat ini, iman, dan tawakal yang tinggi kepada pencipta, maka akan sangat mudah kita terjerumus pada overthingking.

2. Suka menganalisa sesuatu. Ada orang yang memang sudah terbiasa segala sesuatu cendrung dianalisa, dipikirkan, dan ditelaah, terlepas apakah itu penting atau tidak. Padahal, hal-hal tersebut hanya akan mengurangi kebahagiaan dan kelelahan.

3. Perfeksionisme. Kecenderungan orang yang perfeksionis adalah ingin selalu memastikan bahwa segalanya berjalan sempurna tanpa cacat sedikitpun, maka akan memikirkan segalanya dengan rinci. Dengan demikian akan mudah terus menerus berfikir. Yang berujung pada kelelahan fisik maupun psikologis.

4. Kekhawatiran akan penilaian orang lain. Banyak dari kita pikiran dan perasaannya dipengaruhi oleh bagaimana orang berespon. Padahal, hidup kita adalah milik kita sepenuhnya. Hidup kita tidak ditentukan oleh ucapan, tindakan dan respon orang lain, tetapi oleh apa yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan pada diri dan hidup kita sendiri. Kita tiak diminta untuk memuaskan pikiran, perasaan dan harapan orang lain, tetapi kita diminta untuk focus melakukan yang terbaik bagi diri kita sendiri.

5. Tidak ada kejelasan tentang sesuatu. Biasanya ketika ada yang kita tunggu, dan tidak ada kejelasan, biasanya secara otomatis membuat kita berfikir keras atas semua kemungkinan. Jika tidak dibatasi, maka fikiran kita akan terus menerus yang tanpa henti dan berujung pada kelelahan dan kecemasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline