Lihat ke Halaman Asli

99% Rakyat yang Membangun Negara

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel ini bukan artikel politik hanya sekedar perasaan saya pribadi yang sangat terusik dengan banyaknya sampah informasi yang bertebaran di dunia maya, yang semakin hari semakin parah dan sudah menjerumus jauh kedalam isu SARA. Saya tidak tahu siapa yang memulai ini semua, tapi semoga situasi meresahkan ini cepat berakhir.

Apabila anda tidak bisa bersikap netral dalam 10 menit, tutup saja artikel ini.

Apabila anda tidak bisa lepaskan ikatan batin atau pikiran anda dengan partai politik yang anda dukung setidaknya 10 menit saja, maka tutup saja artikel ini.

Mari kita mulai.

Pada bulan September 2011 di New York, Amerika serikat lahir sebuah gerakan yang dikenal dengan nama, "Occupy Wall Street" (Kuasai Wall Street). Sekedar informasi, Wall Street adalah nama jalan di daerah Manhattan, New York yang merupakan pusat dari hampir semua perdagangan saham dunia. Di jalan ini pulalah perusahaan-perusahaan investasi dan pialang saham terkaya dan terbesar di dunia seperti J.P. Morgan, Morgan Stanley dan Goldman Sach berkedudukan. Jumlah uang yang berpindah tangan di jalan Wall Street ini bisa mencapai ratusan triliun rupiah dalam satu hari.

Gerakan Occupy Wall Street, lahir dari keadaan ekonomi di Amerika yang memburuk dalam kurang lebih 3 tahun terakhir, yang menyebabkan meroketnya harga properti, yang menyebabkan ratusan ribu penduduk Amerika kehilangan tempat tinggalnya karena tidak lagi mampu membayar agunan rumah mereka karena kehilangan pekerjaan. Keadaan tersebut diperburuk dengan kenyataan bahwa sebagian perusahaan (pialang) saham dan bank di Wall Street justru memperoleh keuntungan yang sangat besar dibalik penderitaan masyarakat nya sendiri.

Ribuan orang hadir dalam protes di Wall Street tersebut mulai dari mahasiswa, ibu rumah tangga, manula sampai selebritis yang mendukung gerakan tersebut, karena merasakan ketidak-adilan dalam situasi negara mereka saat itu. Mereka menjuluki diri mereka adalah 99% sedangkan para bankir dan pialang didalam Wall Street adalah mereka yang 1%.

Gerakan ini pula yang melahirkan kelompok Hacker (hacktivist) yang kita kenal dengan nama "Anonymous".  Atau setidaknya gerakan kuasai Wall Street tersebut membuat kelompok 99% dan Anonymous ini menjadi semakin besar dan semakin solid.

Karena mereka memiliki tujuan yang sama, yang lahir dari perasaan yang sama, atas penderitaan yang sama.

Hal tersebut membuat mereka semua yang hadir di sana menjadi saudara, terlepas apapun latar belakangnya, agamanya, ras atau suku, mereka hadir sebagai warga negara yang menuntut keadilan.

Lantas apa hubungannya dengan situasi di Indonesia saat ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline