Lihat ke Halaman Asli

Khoirun Nisa

Mahasiswa

Tantangan dalam Perwujudan Kemandirian Ekonomi Seorang Difabel

Diperbarui: 5 November 2022   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Difabel merupakan orang yang mempunyai keterbatasan dalam melakukan aktivitas dan kegiatannya sehari-hari. Mayoritas masyarakat menganggap bahwa seorang difabel tidak dapat melakukan sesuatu yang masyarakat umum lakukan karena keterbatasan yang mereka miliki. Membahas mengenai masyarakat difabel merupakan sebuah hal yang masih asing terdengar dalam masyarakat umum, karena keterbatasan yang dimiliki membuat masyarakat umum memiliki stigma bahwa masyarakat difabel tidak dapat untuk melakukan aktivitasnya secara normal seperti masyarakat pada umumnya. Tetapi dengan keterbatasan yang mereka miliki, sikap pantang menyerah dan semangat untuk maju cukup tinggi. Mereka terus melakukan upaya memotivasi diri sendiri untuk membuktikan kepada masyarakat umum bahwa mereka mempunyai kemampuan yang sama dalam melakukan kegiatan layaknya masyarakat normal.

Mas Sugi yang merupakan salah satu seorang difabel tuna daksa berumur 42 tahun yang berasal dari Kecamatan Ajung Kabupaten Jember. Mas Sugi berprofesi sebagai teknisi HP untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sehari-hari. Pekerjaanya menjadi seorang teknisi HP didapat dari pengalamannya yang selama dua tahun ikut bekerja bersama temannya yang juga seorang teknisi HP. Dari pengalaman tersebut Mas Sugi memutuskan untuk membuka usaha sendiri yaitu service HP sejak tahun 2008 hingga saat ini. Selain itu Mas Sugi juga aktif menjadi koordinator kecamatan (Korcam) di Kecamatan Ajung dalam komunitas Perpenca, aktif menjadi pengurus di organisasi Sepakbola Amputasi Se-Jember, menjadi Humas di NPCI (National Paralympic Committee Indonesia), dan saat ini sedang menjalani kuliah menjadi seorang mahasiswa semester tiga jurusan Pendidikan Luar Biasa di Universitas PGRI Argopuro.

Modal yang digunakan Mas Sugi dalam menjalankan usaha service HP merupakan modal mandiri yang dihasilkan dari bekerja bersama dengan temannya yang kemudian dikumpulkan untuk membangun usaha sendiri. Dalam menjalani pekerjaannya sebagai seorang teknisi HP, Mas Sugi mengatakan bahwasannya bekerja di usaha sendiri lebih nyaman daripada ikut bekerja dengan orang lain. Karena kita dapat mengatur sendiri apa yang ada di dalamnya. Apabila mendapatkan kenaikan omset akan beruntung, tetapi disaat mengalami penurunan juga akan merasakan kerugiannya sendiri. Berbicara mengenai permodalan, Mas Sugi tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah sepenuhnya, akan tetapi Mas Sugi mengatakan setidaknya dari pemerintah bisa mensupport usaha-usaha yang dijalankannya, seperti usaha yang dijalankan oleh Mas Sugi di bidang elektronik. Hal tersebut disampaikan dalam wawancara bersama beliau:

 

"Kalau dari masyarakat itu ya terserah masyarakat itu wes. Kalau masyarakat tidak mendukung, apalagi pemerintah. Teman-teman yang bidang usahanya di elektronik juga banyak kok. Mereka sedikit bantuan pun juga tidak ada. Ya kita tidak mengharapkan bantuan 100% dari pemerintah cuman ya support-lah kami dengan sedikit tidaknya kalau kami tidak punya sedikit modal ya kasihlah kami pinjaman dan itu pasti kembali kok. Ga mungkin ga kembali. Kalaupun dikejar kami gak bisa lari", tutur Mas Sugi.

Selain berbicara mengenai permodalan (ekonomi), dalam kehidupan sosial sendiri walaupun masyarakat masih menganggap orang difabel seperti Mas Sugi adalah kaum minoritas, kaum yang lemah, dan juga kaum yang perlu dikasihani, tetapi dari Mas Sugi sendiri berhasil menghadapi tantangan di masyarakat tersebut dan bisa tetap survive dengan keadaan tersebut. Mas Sugi mengatakan dalam wawancara tersebut bahwa menjadi pribadi yang percaya diri adalah kuncinya:

 

"kalo itu dari kita sebenarnya dari masyarakat itu tidak ada masalah ya, cuman dari masyarakatnya itu yang memandang bahwa kita ini kaum minoritas, kaum yang lemah dan juga kaum yang perlu dikasihani. Sebenarnya kita memiliki perasaan yang sama ya cara kita menunjukkan pada mereka ya dengan cara percaya diri itu jadi kuncinya itu percaya diri entah orang itu mau ngomong apa yang penting selama kita masih menjaga harga diri kita di masyarakat, ga merugikan orang lain meskipun kita cacat ya tidak cacat juga lah mental kita, inshaAllah kan masyarakat pasti akan menerima kita seperti itu", kata Mas Sugi.

Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh Mas Sugi dalam pekerjaannya sebagai seorang teknisi HP, dapat dipahami bahwa cara Mas Sugi menghadapi tantangan tersebut adalah dengan menghargai diri sendiri dan bersyukur dengan apa yang dimiliki. Walaupun beliau memiliki kekurangan pada anggota tubuh kakinya sehingga membutuhkan alat untuk berjalan, tetapi beliau yakin selama anggota tubuh lainnya dapat dimanfaatkan dengan baik seperti otak yang masih bisa digunakan untuk berpikir, maka beliau tidak akan pernah menyerah dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Apa yang diyakini oleh Mas Sugi dalam mengubah cara pandang masyarakat umum terhadap komunitas difabel ini dapat dijelaskan melalui teori Sosiologi yaitu tindakan sosial oleh Max Weber.

Di dalam buku "Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Teori Fungsionalisme hingga Post-Modernisme" karya Pip Jones, Liza Bradbury, dan Shaun Le Boutillier yang di dalamnya menjelaskan mengenai teori Tindakan Sosial milik Max Weber disebutkan bahwa manusia melakukan sesuatu tindakan karena mereka memilih untuk melakukannya supaya tercapai apa yang mereka inginkan. Dalam teori tindakan sosial yang berorientasi tujuan dijelaskan bahwa suatu tindakan yang dilakukan seseorang itu diyakini sebagai tindakan yang paling efisien dan dianggap sebagai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya. Hal ini berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh Mas Sugi dalam kesehariannya menjadi seorang difabel yang bekerja sebagai teknisi HP. Beliau memutuskan mengambil pekerjaan tersebut untuk menjadi pekerjaan yang bisa menghidupi perekonomian beliau serta sebagai pembuktian bahwa walaupun beliau berasal dari komunitas difabel tetapi beliau sama-sama memiliki kemampuan seperti orang normal lainnya yang bekerja sebagai teknisi HP. Dengan demikian tindakan Mas Sugi selain untuk mencukupi kebutuhan ekonominya dan keluarga, juga bertujuan untuk mengubah persepsi di masyarakat yang masih menganggap komunitas difabel adalah kaum minoritas. Dengan tindakan yang dilakukannya tersebut diharapkan bisa tercapainya kesetaraan pada masyarakat.

Kemandirian ekonomi yang dilakukan oleh seseorang yang difabel seperti Mas Sugi, tindakan tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dan keluarga tetapi juga menjadi sebuah sarana dalam menyampaikan kepada masyarakat di sekitar Mas Sugi bahwa walaupun seseorang memiliki keterbatasan fisik, tetapi mereka memiliki kemampuan yang sama dalam melakukan segala aktivitasnya. Dengan penuh kepercayaan diri dan bersyukur atas apa yang Mas Sugi miliki, Mas Sugi yakin orang yang seperti dirinya juga mampu untuk melakukan pekerjaannya dan tidak minder akan pandangan masyarakat yang masih memandang komunitas difabel sebagai kaum minoritas.

Penulis : Divka Aurelia Waskitha (200910302135)

Aisyah Minnuril Arifin (200910302084)

Khoirun Nisa' (200910302048)

Erica Tri Nuria (200910302074)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline