Selasa (5/11) malam, saya bersama teman-teman Yayasan Cahaya Guru menonton film Susi Susanti. Pebulu tangkis keturunan Tionghoa berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Tidak mudah bagi Susi, anak penjual bakpao, bisa meraih berbagai kejuaraan bulu tangkis waktu itu. Di tengah diskriminasi terhadap etnis Tionghoa, dia membela teguh Indonesia melalui raketnya.
Banyak pelajaran yang saya ambil dari film besutan sutradara Sim F ini. Paling tidak, berikut 6 Pelajaran Sederhana yang saya catat dari film berdurasi 1 jam 36 menit ini:
1. Tidak ada kesuksesan tanpa latihan rutin
Untuk menjadi atlet yang sukses, harus disiplin. Baik disiplin fisik dan mental. Dalam berbagai pertandingan, kemampuan teknis sangat penting. Namun tidak kalah penting adalah bagaimana melatih mental supaya tetap bangkit.
2. Dengan cinta, kita dapat mengalahkan rasa takut
Ketakutan bisa muncul kepada siapa saja. Manusiawi sekali. Tapi, ayah Susi mengajarkan untuk "mengenali dan mencintai" rasa takut yang ada dalam diri. Teman saya, lepas dari menonton film ini bilang, "saya suka sekali dengan nasihat ayah Susi Susanti, dia tidak menegasikan rasa takut, tapi menyadarinya sebagai bagian dari diri sendiri, menjadikan rasa takut sebagai teman"
3. Penting banget nih, memaksimalkan potensi diri
Susi berlatih sangat disiplin, dia mengasah kemampuan yang sudah dikuasai dan yang beleum dikuasasi. Uniknya, Susi selalu mencatat semua teknik bermain bulu tangkis dan mempelajarinya dengan tekun. Susi juga secara diam-diam menganalisis teknik teman dan lawannya. Kekuatan menganalisis ini membuat dia semakin ahli bermain dengan beragam teknik dan mampu mengantisipasi serangan lawan.
4. Cidera adalah hal biasa, pulih dan bangkit lagi
Cidera bagi sebagian atlit adalah sesuatu yang sangat menakutkan bukan? Namun, bagi Susi, cidera adalah hal biasa. Paling penting adalah menemukan cara untuk pulih dan bangkit berjuang kembali. Cidera tidak hanya fisik. Susi mengalami juga cidera karena sakit hati terhadap Indonesia yang tidak kunjung segera mengesahkan dia dan keluarganya sebagai warga negara Indonesia (WNI).
5. Pemenang hebat, lahir dari lawan hebat
"Lawan adalah teman yang membantu kita menjadi hebat" begitu kata Risad Haditono, ayah Susi Susanti. Senada dengan hal itu, seorang anonymous pernah bilang begini, "laut yang tenang tidak akan melahirkan pelaut yang handal" artinya, semakin besar tantangan dan ujian kehidupan yang kita hadapi sekarang adalah alat untuk membantu kita menjadi hebat dimasa datang. Oleh sebab itu, Susi selalu menghargai lawan-lawannya.
6. 100% Indonesia
Pada tahun 1992 Susi Susanti menjadi orang pertama yang meraih emas pertama olimpiade untuk Indonesia. Meskipun sudah berjasa besar mengharumkan nama bangsa, dirinya masih belum mendapatkan SKBRI (Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia). Kepemilikan SBKRI adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk mengurus berbagai keperluan, seperti kartu tanda penduduk (KTP), memasuki dunia pendidikan, permohonan paspor, pendaftaran Pemilihan Umum, sampai menikah dan meninggal dunia dan lain-lain. Namun, kondisi itu tidak membuat Susi patah arang mengharumkan nama bangsa di kancah dunia bulu tangkis. Salut!
Setelah menonton film ini, saya kemudian berefleksi, apa yang sudah saya berikan buat bangsa dan negara Indonesia yang tercinta?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H