[caption caption="Bisa dilihat yang paling kiri adalah Candi Borobudur, Tengah Candi Pawon dan yang paling kanan adalah Candi Mendut, Gambar Dokumen Pribadi"][/caption]]
Candi Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut memang dibangun dalam satu masa. Tetapi apakah penempatan-penempatan candi tersebut dalam satu garis lurus adalah ketidak sengajaan?. Memang dalam ritual keagamaan agama Buddha ketiga candi tersebut berhubungan, dimulai dari upacara di Candi Mendut berlanjut ke Candi Pawon dan terakhir puncaknya berada di Candi Borobudur.
Jika dikaitkan dalam agama memang benar candi-candi tersebut dalam satu garis lurus, tetapi garis lurus yang miring yang tidak menunjukkan letak mata angin padahal mata angin dalam agama Budha adalah hal yang sakral. Jika candi-candi tersebut dibangun dengan bentuk terhubung garis lurus ini memang dibangun untuk kepercayaan agam Buddha yang notabene menggunakan arah mata angin sebagai patokan, terus maksud mereka membangunnya tidak searah mata angin itu apa?
Setelah saya mencari di internet mengenai blog yang membahas tentang arkeoastronomi (bisa dibaca disini), menurut penulis blog tersebut terdapat rasi bintang yang memang bentuknya sejajar mirip dengan kesejajaran candi-candi tersebut. Menilik juga bahwa kompas seperti yang diketahui sekarang belum masuk ke Jawa saat candi-candi tersebut dibangun apakah mungkin mereka menggunakan sistem astronomi untuk menentukan letak-letak candi-candi tersebut. Jika dipikir juga menggunakan cara seperti itu lebih mudah untuk menentukan letak pembangunan daripada menggunakan patok-patok yang ditarik lurus padahal jarak antar candi sampai berkilo-kilo jauhnya.
Terdapat pemikiran saya seperti ini. Jika candi-candi tersebut berpatokan menggunakan rasi bintang seperti yang saya sebutkan tadi berarti benar adanya kenapa mereka tidak menggunakan arah mata angin sebagai penunjuk. Kemudia jika mereka membangun candi-candi tersebut menggunakan patok-patok yang ditarik kenapa mereka tidak membuatnya searah dengan mata angin?. Seperti yang disebutkan tadi bahwa mata angin adalah hal yang sakral didalam kepercayaan tersebut.
Kemungkinan memang mereka menggunakan ritual agama Buddha dalam pelaksanaan upacaranya tetapi peletakkan mereka menggunakan metode lain dari agama Buddha.
Jika melihatnya sebagai bentuk ketidak sengajaan, itu adalah kesimpulan yang aneh, karena candi pawon mempunyai lubang angin sebagai bentuk candi yang menghubungkan antara dua candi yaitu candi Mendut dan candi Borobudur. Berarti kemungkinan besar memang benar candi-candi tersebut secara sengaja dibangun dalam satu garis lurus.
Terdapat syarat-syarat dalam membangun suatu candi. Seperti jenis tanah, kerembesan air dll, dna juga kemungkinan terdapat syarat-syarat supranatural atau metafisik nya juga dan ini bisa dihubungkan atau cocoklogi dengan garis-garis ley lines atau garis-garis yin dan yang. Yang saya paparkan disini masih bersifat luas dan tidak menimbulkan kesimpulan apapun tetapi hal yang sama juga belum ditemukan oleh para Arkeolog jadi mohon pembaca menyuarakan pendapatnya dna ikut melakukan riset-riset kecil dimulai dari diri sendiri sebagai penikmat misteri hehe.
Sumber : http://www.sekelumitpandang.com/2016/09/menolak-lupa-kasus-hilangnya-benda.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H