Dulu kebawah(merakyat) kini keatas
Pada saat Edi Endi duduk sebagai anggota DPRD Manggarai Barat, sosok Edi Endi tampak terlihat berkarakter. Dalam pelbagai isu, Edi Endi selalu tampil berbeda dari anggota DPRD lainnya.
Keberpihakannya untuk membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat terdengar nyaring, tegas dan berwibawa. Kala itu, saya masih ingat, bagaimana Edi Endi mengkritik pembangunan Marina. Edi Endi ingin agar pembangunan Marina saat itu tidak hanya untuk para pengusaha besar, tetapi pengusaha lokalpun diberi ruang. "Tidak ada manfaatnya kalau kami sebagai rakyat Manggarai Barat (Mabar) hanya melihat gedung yang megah ini saja," katanya waktu itu.
Begitu juga soal hutan Bowosie misalnya. Narasi-narasinya mengingatkan saya pada karakter seorang Edi Endi. Tampak ada kesan bahwa seorang Edi Endi akan serius memperjuangkan kepentingan rakyatnya. Apa hasilnya hari ini? Mari kita telusuri fase kepemimpinannya.
Ketika Edi Endi terpilih menjadi Bupati Mabar, karakter yang tadinya tampak tegas dan nyaring itu berubah menjadi "pendengar setia", bahkan terkesan tunduk pada kekuasaan diatasnya. Kekuasaan tertinggi tampaknya terpusat pada bosnya yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di NTT (Nusa Tenggara Timur). Mulai dari peraturan, prosedur, maupun membuat keputusan, selalu didominasi oleh pihak oleh tertentu. Sehingga orang yang bekerja dalam naungannya harus mengikuti dan menjalankan perintah. Fakta ini saya amati terjadi di kepemimpinan Edi Endi hari ini. Bupati Edi terperangkap dalam genggaman kapitalis. Kewibawaannya sebagai seorang Bupati Mabar hilang dan tidak berdaya apa-apa.
Apakah Edi Endi benar demikian?
Mari kita telisik gaya kepimpinannya (style of leadership). Untuk mengukur gaya kepemimpinan seseorang bisa dilihat dari 3 (tiga) model kepemimpinan, yaitu:
Pertama, model kepimpinan yang timbul karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, model kepemimpinan yang timbul karena sifat atau karakter dari seseorang. Ketiga, model' kepemimpinan yang timbul karena hasil dari proses pembelajaran.
Dari tiga model' kepemimpinan itu, Anda mengkategorikan Edi Edi pada model yang mana? Penilaian kita pasti berbeda. Dari pengamatan saya, Edi Endi tepatnya berada pada kategori model kedua, yakni model kepemimpinan yang timbul karena sifat atau karakternya.
Karakter yang sama juga ada pada Viktor Laiskodat, Gubernur NTT. Keduanya bagai pinang dibelah dua, nyaris sama. Pandai bermain kata-kata tetapi hasil akhirnya nol besar. Banyak janji manis dari keduanya belum terealisasi sama sekali. Benar juga jika Edi Endi sering dijuluki "Jacky Chan". Lincah, cerdik dan gesit. Rakyat bahkan timsesnya dulu satu persatu dijauhkan dari lingkarannya.