Ungkapan itu berjalan seiring dengan ungkapan, 'sebaliknya orang benar selalu baik'. Tapi ada problem. Apa? Membahasakan kebenaran oleh orang benar biasanya secara langsung to the point, bahasa mana kadang terasa tidak baik oleh orang yang mendengarnya, apalagi menyentuh perilakunya.
Maka terhadap orang benar tadi disebut tidak baik oleh mereka, Perasaan reaksi mereka sebetulnya diproyeksikan untuk 'dilempar' kepada org benar seperti layar tancapnya.
Kembali ke "orang baik belum tentu benar" tadi. Jika tidak dibekali pengetahuan yang cukup, dan merasa bahwa apa yang diraih 'orang baik' ini adalah cukup prima dan memuaskan, maka akan terkejut bila ternyata sebaliknya. Reaksi yang paling mungkin darinya adalah menolak dengan berbagai alasan. Lupa dia bahwa soal kebenaran itu berunsur universal, yaitu hal yang rasa dimiliki banyak orang.
Waktu berjalan terus. Sang waktulah yang menyingkap bahwa orang benar itu ternyata baik. Kesadaran ini akan berdampak pada kesehatan hati bagi yang dulu menyebutnya org tidak baik, dan orang yg disebut baik tapi merasa selalu benar.
Itu bukan ucapan dari saya, tapi kata para ilmuwan, seperti para psykolog, dan lain-lain, yang bukunya pernah saya baca.
Yang berikut ini kesimpulan singkat saya : "Mengenal diri sendiri atau dentitas diri, menyadari apa yang ada dan apa yang terjadi pada diri, introspeksi tanpa melempar 'noda bawah sadar' diri, lalu menerimanya, adalah sebuah keputusan solusi yg revolioner untuk kepribadian yg berkwalitas. Akan ada kelepasan dan pembebasan di situ. Lalu apa yg akan dialami? Bahagia dalam menjani ziarah hidup".
Kesimpulan itu terinspirasi dari ucapan Sang Guru Agung saya, "Pikullah kuk (beban di pundak) yang ada padamu, karena beban kuk itu sesungguhnya tidak akan melampaui kemampuanmu. Wahai kamu yang letih lesu dan berbeban berat, serahkanlah beban jiwamu kepadaKu, maka kamu akan mengalami kelegaan".
Begitulah.... ! Sambil ngopi 'rasa orang baik dan orang benar' di Labuan Bajo. Minum pake mok, anti pecah, karena gelas kacaku pecah semua pada masa pandemik, tak ada biaya ganti.
Santai sambil membaca berita terbaru tentang sesama manusia di jalur politisi, yang bergelut dalam apa yang populer mereka sebut 'bekerja untuk kebaikan umum (bonum commune)'. Ucapan itu baik dari yang mantan politisi maupun yang masih aktif saat ini.
Yah, begitulah rasa kopinya, kopi rasa orang baik belum tentu benar, dan kopi orang benar yang pasti baik.
Labuan Bajo, 01 Juli 2021
Jon Kadis, SH. (sekjen Komodo Lawyers Club - Labuan Bajo.