Jaman berubah begitu juga dengan pola kerja. Kalau dulu bekerja selalu identik dengan sebuah kantor, kini seseorang professional bisa bekerja sambil nongkrong di caf atau bahkan di rumah. Beberapa anggapan mengatakan pekerja lepas minim atas berbagai jaminan.
Era digital yang membuka akses seluas-luasnya berdampak pada pola kerja manusia. Salah-satu yang lahir dari proses digitalisasi adalah freelancer, sebutan bagi para pekerja yang bekerja mandiri tanpa terikat pada sebuah instansi.
Pekerja freelance semakin digemari dari hari ke hari. Terlebih kebiasaan para generasi Millenial yang dikenal tak betah berlama-lama di suatu pekerjaan.
Hasil survey sebuah situs penyedia jasa freelance mengatakan, 60% dari mereka yang pekerja lepas menganggap freelance sebagai cara untuk menambah penghasilan, 27%nya menyatakan alasan bekerja sebagai freelancer agar mencari pekerjaan yang fleksibel.
Sebagai pekerja lepas tentu saja berbeda dengan pekerja kantoran. Yang paling mencolok adalah soal jaminan yang diperoleh. Sudah rahasia umum jika seorang pekerja lepas memang tak mendapatkan jaminan berupa kesehatan dalam bekerja.
Namun hal ini bukanlah sebuah persoalan berarti. Jaminan kesehatan sesungguhnya bisa diperoleh siapa saja. Penting untuk para freelancer agar memiliki asuransi jiwa. Hal-hal di luar dugaan bisa begitu menguras dompet jika tak direkam-cadangkan dengan asuransi jiwa.
Seperti pada asuransi jiwa unit link, di mana bakal melindungi dari mahalnya biaya pengobatan penyakit kritis. Dengan kata lain, menggunakan asuransi unit link berarti membebaskanmu dari beban biaya berobat yang kapan saja bisa menghampiri.
Hanya itu? Tidak. Jika suatu saat kamu kehilangan kemampuan dalam mencari nafkah, maka asuransi unit link juga mencakup santunan terhadap pihak keluarga. Sekarang tidak ada alasan untuk tidak menggunakan asuransi jiwa. Sebab bukan hanya demi kita pribadi, tapi juga demi keluarga yang kita cintai.