Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Bukanlah Indonesia tanpa Gus Dur

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terlahir dengan nama Abdurrahman ad-Dakhil Wahid, Gus Dur mewarnai nasib bangsa kita dengan pemikiran, nasihat dan humor-humornya yang segar. Saya mulai mengamati gerak-gerik Gus Dur sejak selesai membaca buku The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid tulisan Greg Barton. Hawa kagum dan hormat pada jiwa besar ini sangat mewarnai masa muda saya, bukan hanya karena saya dibesarkan di Probolinggo, basis kaum Nahdliyin tetapi juga karena saya sebagai minoritas dari segi etnis dan agama merasakan kesejukan dari tindakan pembelaan beliau yang nyata.

Gus Dur bukan hanya pembela kaum minoritas dan kaum yang tertindas, beliau juga pembela negara yang gigih. Musuhnya bukan Belanda atau Jepang tapi gerakan-gerakan laten dalam selimut yang mengancam keutuhan dan kodrat kemajemukan Indonesia. Atas nama kebhinekaan tanah air, setiap warga bangsa yang menjadi bagian dari kebhinekaan itu berhutang pada budi luhur almarhum.

Karena besarnya semangat hidup Gus Dur, mengingat akan misi mulianya, Gus Dur pun berkali-kali lolos dari jeratan maut. Ada seloroh di antara kaum nahdliyin tentang tiga misteri dalam hidup. Misteri pertama usia, misteri kedua jodoh dan misteri ketiga ialah Gus Dur. Kini Gus Dur telah berpulang untuk selama-lamanya, mungkin Yang Maha Kuasa menyayangi beliau sehingga segera memanggilnya setelah berlelah-lelah berjuang menegakkan kebenaran. Tapi dalam hati kecil beliau, tidak ada yang lebih tenang dan damai selain mengetahui bahwa di antara bangsa kita akan lahir penerus-penerus cita-cita beliau.

Ad-Dakhil (Sang Penakluk), demikian nama ini dengan tepat diberikan oleh ayahanda Gus Dur, Alm. K.H Wahid Hasyim. Gus Dur telah menaklukkan kebencian, Gus Dur telah menaklukkan sekat pembatas, Gus Dur telah mengakhiri hidupnya dengan mulia. Sama seperti sahabat beliau almarhum Rm. YB. Mangunwijaya yang terwujud harapannya untuk wafat ketika menjalankan tugas, Gus Dur pun wafat dalam rangka menjalankan tugas mengunjungi konstituennya di pesantren-pesantren.

Selamat jalan Gus Dur! Engkaulah pahlawan di hati rakyat! Indonesia bukanlah Indonesia tanpamu!

Beijing, 30 Desember 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline