Lihat ke Halaman Asli

KKN 274 Waru 2024

Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Pelestarian Batik sebagai Salah Satu Kearifan Lokal Masyarakat Dusun Kembu, Desa Waru, Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah

Diperbarui: 5 Juli 2024   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama Ibu Narmi (dokpri)

Kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata) 274 Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, melaksanakan salah satu program kerjanya yaitu kunjungan batik di salah satu pengrajin batik di Dusun Kembu, Desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jum'at, 5/7/24).

Foto Bersama Ibu Narmi (dokpri)

Ibu Narmi namanya, wanita kelahiran tahun 1981 (43 tahun) memulai kegiatan membatiknya ini mulai dari bangku Sekolah Dasar. Kegiatan membatiknya ini dilakukan untuk mengisi waktu luangnya, yang biasanya kegiatan membatiknya dimulai dari jam 09.00 sampai 12.00 WIB. Tujuan dari kunjungan ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam mengenai proses pembuatan batik, keunggulan, kelemahan, peluang, pemasarannya, serta bagaimana cara pelestarian batik di agar tetap berkembang di Desa Waru.

Untuk jenis-jenis batik yang biasanya dibuat oleh Ibu Narmi ini, antara lain batik warni, batik temurun, batik sekardrajat, batik brotoseno, batik mindasari, dan lain-lain.

"Untuk batik yang saya buat ini biasanya digunakan untuk pengantin dan dipakai oleh mbah-mbah" ucap Ibu Narmi (Jum'at, 5/7/24). 

Dengan adanya hal tersebut menambah semangat tersendiri untuk Ibu Narmi serta memberikan keunggulan akan batik yang dibuatnya. Batik yang dibuat ini merupakan batik tulis, dan Ibu Narmi ini menjadi satu-satunya warga lokal yang masih menggeluti kegiatan membatiknya.

"Batik sekarang bermacam-macam, ada batik tulis dan batik cap. Ibu-ibu di Dusun Kembu wetan hanya saya yang membuat batik tulis. Sedangkan bagian selain Kembu Wetan membatik dengan batik cap" ucap Ibu Narmi.

Proses Pembuatan Batik Oleh Ibu Narmi (dokpri)

Pembuatan Batik (dokpri)

Batik cap apabila kainnya sobek maka lama-kelamaan gambarnya hilang, sedangkan untuk batik tulis apabila kainnya sobek maka gambarnya tetap jelas. Akan tetapi, disamping keunggulan-keunggulan tersebut, terdapat juga kelemahannya, yaitu upahnya sedikit dan banyak ibu-ibu yang lebih berminat ke batik cap.

Untuk proses pembuatan batik tulis yaitu dimulai dari membuat pola, memanaskan lilin dengan api kecil terlebih dahulu dan untuk bahan bakarnya berbahan bakar solar, lalu memulai kegiatan membatik.

Terkait dengan peluangnya yaitu dikarenakan batik yang digeluti oleh Ibu Narmi adalah batik tulis, maka dalam hal ini untuk satu kali penjualannya bisa mencapai Rp500.000,- sampai Rp1.000.000,-  per 1 kainnya. Untuk pengerjaannya sendiri juga membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari dalam 1 kain batik. Kain batik ini biasanya dipasarkan  melalui cara disetorkan ke bos nya yaitu di Sukoharjo dan biasanya dipasarkan di pasar kembang dan pasar kliwon, berupa batik brotoseno, mindasari, dan lain-lain. Tidak ada target tertentu dalam pembuatan batik ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline