Penanaman kopi arabika di Dataran Tinggi Ijen yang pada saat ini dikelola oleh PTPN XII menginspirasi masyarakat petani yang berdekatan dengan wilayah tersebut khususnya Desa Sukorejo. Di desa tersebut terdapat seseorang yang bernama John Saryan Soekardjo. Beliau merupakan satu-satunya orang di komunitasnya yang berani membudidayakan kopi arabika yang juga dibudidayakan oleh PTPN XII. Beliau ingin menyaingi produk PTPN XII, yaitu klaster kopi arabika yang populer di Eropa. Jhon Saryan Soekardjo mengetahui bahwa nilai jual kopi arabika lebih tinggi dari robusta. Namun, masyarakat Desa Sukorejo sudah membudidayakan kopi robusta secara turun temurun dan enggan membudidayakan jenis lain.
John Saryan Soekardjo merupakan keturunan dari blasteran Belanda - Indonesia yang dimana keturunan Belanda beliau dapatkan dari kakeknya yang bernama Bristick dan keturunan Indonesia beliau dapatkan dari neneknya yang bernama Sumirah. Beliau mendapatkan pengetahuan dan keahlian penanaman kopi dari ibunya sendiri yang mana pengetahuan dan keahlian tersebut telah diturunkan secara turun-temurun dari kakeknya yang bernama Bristick tadi.
John Saryan Soekardjo disebut sebagai tokoh kopi arabika Kabupaten Bondowoso. Hal itu dikarenakan kemampuan yang dimiliki dalam meracik kopi dan sebagai seorang pionir kopi arabika yang dulunya ditanam oleh PTPN XII. Pada tahun 1986, John Saryan Soekardjo mendirikan sebuah kelompok tani yang dibantu oleh Bapak Agus dan Ibu Suhartini dengan memberikan pengetahuan serta pengadaan bibit kopi, bibit pohon, dan lain sebagainya. Dalam melakukan pembudidayaan kebun kopi, beliau mengalami beberapa kendala, salah satunya yaitu dirusaknya lahan kebun kopi beliau oleh rival PTP. Meskipun John Saryan Soekardjo mengalami masalah yang ditimpa, beliau terus mencoba untuk membudidayakan kopi arabika.
Dalam mewujudkan keinginannya, beliau tidak hanya meminta bantuan pada Walikota dan Dinas Perkebunan Bondowoso melainkan mengundang Gubernur Jawa Timur dalam rangka "Petik Raya Kopi". Tujuan beliau mengundang Gubernur Jawa Timur adalah untuk meminta akses air bersih dan listrik. Beliau akhirnya mendapatkan pasokan air bersih dan listrik. Namun, karena membutuhkan tenaga lebih, beliau menggunakan koneksinya di pemerintahan untuk membangun Tower Satelindo GSM di sekitar rumahnya. Semua kebutuhan tersebut beliau gunakan untuk membantunya membuat kebun arabika. Kesuksesan John Saryan Soekardjo membuat pemerintah Kota Bondowoso membuat MOU 7 pihak pada tahun 2011. MOU tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas kopi arabika untuk mencapai standar Uni Eropa.
Setiap 7 pihak tersebut memiliki tanggung jawabnya sendiri. Pemerintah Bondowoso memiliki tanggung jawab untuk menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan dan pengawasan. Pihak Bank Indonesia cabang Jember akan memberikan bantuan teknis, pelatihan, dan informasi mengenai peningkatan keterampilan petani kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menjadi tenaga ahli dalam membimbing pelatihan budidaya, pengolahan, dan pemasaran produk untuk meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produksi dan mutu kopi arabika. Bank Jatim Bondowoso akan memberikan pinjaman untuk pengembangan perkebunan kopi. Perum Perhutani KPH Bondowoso bertugas untuk menyediakan kawasan hutan yang layak menjadi perkebunan kopi. PT Indicom bertugas sebagai mitra ekspor produk kopi. Kemudian, Asosiasi petani kopi (APEKI) memiliki tugas untuk mengkoordinir petani kopi dan kelompok tani.
Pada tahun 2011, Walikota Bondowoso menginstruksikan Dinas Perkebunan untuk mengembangkan lima cluster kopi arabika yang akan dipimpin oleh John Saryan Soekardjo, Mat Husen, Nur Jumali, Suhairi, dan H. Sumarhum. Mereka merupakan pelopor yang mengembangkan kopi arabika untuk di ekspor ke Swiss. Awal mulanya, produk kopi tersebut hanya dikirim sebanyak 1 container. Namun, pada tahun 2012 terdapat penambahan lima cluster kopi arabika dan mereka diwajibkan untuk mengekspor tiga container kopi arabika ke Swiss.
Sosok Jhon Saryan Soekardjo telah dikenal oleh banyak orang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri, beliau bahkan sudah dikenal oleh keluarga Cendana atau keluarga dari Presiden Soeharto. Sedangkan dari luar negeri, salah satu yang mengenal beliau adalah Quintinos dari Italia. Perusahaan tersebut juga sempat menawarkan pada Soekardjo untuk bisa meracik kopi di Italia, tetapi beliau menolaknya dengan alasan agar dirinya tidak dieksploitasi tenaganya. Akhirnya PT. Quintinos Djava yang merupakan lisensi dari Quintinos Italy hanya dapat menggunakan produk racikan kopi dari kiriman Jhon Saryan Soekardjo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H