Lihat ke Halaman Asli

KKN UM DESA KASEMBON 2021

KKN UM DESA KASEMBON 2021

Tim KKN Universitas Negeri Malang Bantu Warga Mengolah Kotoran Kambing Sebagai Pupuk Organik di Desa Kasembon

Diperbarui: 16 Juli 2021   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga bersama tim KKN Universitas Negeri Malang saat penyuluhan mengenai kompos dari kotoran kambing. Dokpri

       Desa Kasembon Kecamatan Bululawang hampir 70% warganya memiliki kandang hewan ternak, baik kandang ayam, kambing maupun sapi. Desa Kasembon merupakan sebuah desa yang warganya memiliki lahan pertanian dan juga gemar menanam tumbuhan dalam pot, seperti menanam bunga, sayur, pohon dan sebagainya. Warga desa biasanya menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia yang biasa dibeli di toko pertanian. Sejauh ini warga hanya membiarkan kotoran hewan tersebut menumpuk dan lapuk dengan sendirinya, setelah itu menjadikan tanah lapukan kotoran hewan untuk dijadikan isian pot tanaman, dan untuk kotoran hewan yang masih basah disebarkan langsung dilahan pertanian.

       "Saya biasanya ambil kotoran kambing saya yang sudah setengah kering, kemudian disebar ke lahan yang sudah saya gulud, didiamkan beberapa hari supaya tidak panas untuk tumbuhan, selanjutnya saya timbun lagi dengan tanah dan diberi kapur (dolomit) baru saya tanami" Ujar Pak Athoilla selaku pemilik lahan pertanian sayuran. Padahal kotoran hewan yang masih basah masih mengandung banyak nitrogen dan kadar asam yang masih tinggi. Oleh karena itu tim KKN Universitas Negeri Malang membagikan ilmu pengetahuan untuk pengolahan kotoran hewan kambing agar menjadi pupuk kompos organik yang bagus dan bernutrisi bagi tanaman.

Warga bersama tim KKN Universitas Negeri Malang saat penyuluhan mengenai kompos dari kotoran kambing. Dokpri

       Sosialisasi pengolahan pupuk dari kotoran hewan kambing dilaksanakan pada selasa, 13 juli 2021 mulai pukul 13.00-16.00 WIB. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mendatangi kerumah langsung pemilik lahan sayur dan juga pemilik kandang hewan ternak khususnya kambing. Sosialisasi yang disampaikan berisi bahan yang diperlukan seperti: kotoran hewan, tanah, daun-daun kering atau basah, sekam padi dan pelepah pisang. Kemudian bahan fermentasi komposnya terdiri dari campuran EM4 dan molase atau tetes tebu, selain itu bahan yang mudah didapat seperti air cucian beras dan yakult. "saya jarang menggunakan EM4, saya membuat bakteri fermentasi pupuk cair sendiri dari kulit pisang yang dihaluskan dengan blender kemudian dicampurkan dengan yakult dan gula merah lalu disimpan dalam botol untuk kemudian disemprotkan ke tanaman" Ujar Mas Andi.

Warga bersama tim KKN Universitas Negeri Malang saat penyuluhan mengenai kompos dari kotoran kambing. Dokpri

       Adanya sosialisasi tentang pengolahan kotoran hewan ini warga sangat antusias mendengarkan dan bertanya dengan detail terkait cara pembuatan dan bahan-bahan yang diperlukan. "Saya sangat terbantu dengan kedatangan mahasiswa KKN UM terkait pembuatan pupuk organik, sebelumnya saya belum mengetahui pengolahan pupuk dari kotoran hewan kambing yang difermentasi" Ujar Pak Slamet Priadi salah satu peternak kambing sekaligus petani sayuran. Tim KKN juga merasa senang dan antusias warga sekaligus mendapat ilmu baru selain yang didapat dipelatihan tentang pembuatan bakteri fermentasi kompos organik ini. Tujuan sosialisasi pengolahan pupuk organik dari kotoran hewan kambing yakni menjaga kelestarian lingkungan, menghasilkan pupuk organik yang ramah lingkungan dan tidak merusak lahan atau tanah serta memanfaatkan kotoran hewan kambing sebagai pupuk organik sekaligus mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline