Lihat ke Halaman Asli

KKN UMD 127

Universitas Jember

KKN Unej Kelompok 127 Identifikasi Potensi Kotoran Ternak Persiapan Pupuk Organik

Diperbarui: 21 Agustus 2024   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan penyuluhan ke peternak/Kelompok 127

Kelompok 127 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Jember (UNEJ) yang melaksanakan program di Desa Sumberkokap, Kecamatan Taman Krocok, Kabupaten Bondowoso, telah memasuki tahap perencanaan produksi pupuk organik. Program ini merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah padat ternak yang selama ini belum dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat.

Dalam tahap perencanaan ini, tim KKN melakukan penyuluhan langsung ke rumah-rumah warga yang memiliki ternak. Penyuluhan ini bertujuan untuk memahami kondisi dan potensi limbah padat yang dihasilkan oleh ternak, serta menggali informasi mengenai cara pengolahan dan pemanfaatannya saat ini. Beberapa pertanyaan kunci yang diajukan kepada warga meliputi kuantitas limbah padat yang dihasilkan, metode pengolahan, serta pemanfaatannya.

Berdasarkan hasil penyuluhan rata-rata limbah padat yang dihasilkan oleh satu ternak sapi di Desa Sumberkokap mencapai satu karung per minggunya. Dengan perhitungan lebih lanjut, satu ekor sapi dapat menghasilkan sekitar 5 kg kotoran per hari, dan rata-rata warga desa memiliki dua ekor sapi. Dari total sekitar 900 kepala keluarga (KK) di desa ini, 75% di antaranya memelihara ternak sapi. Dengan demikian, jumlah limbah padat yang dihasilkan oleh ternak sapi di Desa Sumberkokap dalam setahun mencapai sekitar 2.463.750 kg. Limbah ini merupakan potensi besar yang dapat diolah menjadi pupuk organik.

Mengenai pengolahan limbah padat, seorang warga mengungkapkan, "Biasanya kami membiarkan limbah kotoran sapi mengering di pekarangan dekat kandang, lalu kami gunakan sebagai pupuk untuk tanaman di lahan pribadi. Namun, terkadang kami hanya membuangnya ke selokan karena tidak tahu harus diapakan," ujarnya. Kondisi ini menunjukkan masih ada kurangnya pengetahuan di kalangan warga tentang cara pengolahan yang lebih baik.

Tumpukan limbah ternak/Kelompok 127

Dari hasil wawancara, tim KKN juga menemukan bahwa sebagian besar limbah padat yang dibiarkan kering biasanya digunakan sebagai pupuk, namun belum diolah lebih lanjut menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. "Kami sebenarnya ingin tahu lebih banyak tentang cara mengolah limbah ini menjadi pupuk organik yang lebih baik. Kalau bisa dijual, tentu akan membantu menambah penghasilan kami," kata seorang peternak lokal.

Mengunjungi kandang ternak/Kelompok 127

Menanggapi temuan ini, tim KKN UNEJ melaksanakan penyuluhan kepada para peternak mengenai pentingnya pengolahan limbah padat menjadi pupuk organik. Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang manfaat pupuk organik serta mengajak para peternak untuk memanfaatkan limbah padat ternak mereka dengan cara yang lebih efektif dan ramah lingkungan. "Kami sangat tertarik dengan pelatihan ini. Selama ini kami belum tahu banyak tentang pengolahan pupuk organik, jadi ini kesempatan bagus untuk belajar," ujar salah satu warga yang antusias mengikuti penyuluhan.

Dalam kegiatan ini, tim KKN juga mendorong pemilik ternak untuk aktif berpartisipasi dalam program kerja pengolahan limbah padat dan mengikuti pelatihan pembuatan pupuk organik yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Respon dari masyarakat terhadap program ini cukup positif. Sebagian besar warga yang ditemui menyatakan minatnya untuk mengikuti pelatihan pengolahan limbah padat. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya pengolahan limbah mulai tumbuh di kalangan warga, dan mereka siap untuk belajar lebih banyak tentang bagaimana mengubah limbah ternak menjadi produk yang bermanfaat

Dengan demikian, diharapkan program ini tidak hanya mampu mengurangi masalah limbah di desa, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui produksi pupuk organik yang dapat digunakan sendiri atau bahkan dijual untuk menambah penghasilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline